Menikmati kota Melaka yang antik itu sepertinya gak cukup kalau hanya 1 hari saja. Jadinya serba terburu-buru ngejar target supaya bisa banyak tempat dikunjungi, tapi kalau bawa anak-anak...wah repot..!!
Ya begitulah, kami jadinya hanya "pusing-pusing" sekitaran Jonker Street, A Famosa, Christ Church, menyusuri Melaka River, dan memasuki jalan-jalan di rumah-rumah tua peranakan (chinese) yang membawa suasana ke masa jadul...
Melaka, highly recommended untuk gambaran kehidupan pecinaan tempo dulu, mencari ketenangan, dan hunting foto tentunya. Bangun pagi subuh-subuh, bawa kamera, menyusuri sungai Melaka, sinar matahari miring pagi hari, wow...photo hunting deh.
Cape jalan-jalan, mampir aja di rumah makan chinese yang baru buka pagi hari untuk minum dan sarapan, pasti anda dilayani sangat istimewa karena dianggap bawa hoki hari itu, hehe...
Tidak terasa waktu mengeksplor kota Melaka habis sudah dan kami harus sudah sampai di terminal Melaka Sentral pukul 1 siang untuk kembali ke Kuala Lumpur. Tiket kemarin yang kami beli sudah terjadwal jam 1 siang, dan kami tahu kalau bus Delima Express sangat tepat waktu. Jadi tidak boleh terlambat, kalau tidak tiket akan hangus!
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 pagi waktu setempat (o ya, perbedaan waktu antara Jakarta dengan Kuala Lumpur atau Melaka adalah 1 jam. Kalau Jakarta jam 10, berarti KL jam 11), kami belum juga makan siang! Mengingat perjalanan Melaka-KL nanti akan menghabiskan waktu 2 jam, jadi harus cari restoran buat makan siang, kasihan anak-anak.
Pagi tadi sih anak-anak n' emaknya sudah sarapan pagi di Hotel Puri, sementara saya hunting foto. Katanya sih menu sarapannya lumayan beragam dan rasanya lumayan enak.
Kalau bawa keluarga, menginap di Hotel Puri is highly recommended-lah...kalau sendiri atau jalan dengan orang dewasa aja, masih banyak hotel yang lebih murah dan strategis gak jauh-jauh dari Hotel Puri.
Akhirnya kami berlabuh di Jonker Street Chicken Rice Ball untuk makan siang, total yang dikeluarkan RM 26.9= Rp 75.500,-
Selesai makan, kembali ke hotel. Beres-beres, mandi, dan check out. Waktu sudah jam 12:30, wah...!
Tadinya mau coba naik bus dalam kota ke terminal Melaka Sentral buat ngirit, paling cuma bayar RM 2 untuk 4 orang, tapi waktunya sudah mepet sekali. Tanya resepsionis untuk order taksi, katanya 15 minits baru datang, walah...
Langsung gerak cepat keluar hotel, langkah seribu, cari taksi di jalan! Dari hotel sambil jalan cepat kearah stadhuys waiting for taksi yang lewat, eh gak ada... mana jalan mulai macet lagi, berhubung itu hari libur long weekend lebaran haji, jadi banyak turis lokal maupun manca negara yang lalu lalang dijalanan, wah berabe nih...
Akhirnya kami dapat taksi di Stadhuys, supirnya bapak-bapak India, nawar mulai Rm 7 gak dikasih juga sampai kami nyerah di RM 15. Sepertinya naik taksi jauh dekat di Melaka ya minimal di RM 15 itu...
Kasih tahu ke bapak supir kalau kami ngejar jam 1 siang untuk jadwal bus ke KL, dan kami sudah beli tiketnya kemarin, wah beliau langsung kelimpungan lihat-lihat jam dan tancap gas sampai mentok, hehe...cool!!
Mendekati terminal, pak supir kasih tahu kalau sebaiknya kami turun diluar pagar terminal supaya bisa lebih cepat berlari menuju ke bus, karena kalau taksi masuk terminal prediksi dia kami akan terlambat karena harus memutari jalan, melewati lampu merah dan kami akan menyesal seumur hidup karena tiketnya bakalan hangus dan harus beli lagi, itupun kalau ada...karena ya itu tadi, hari itu adalah lebaran haji, mungkin banyak orang yang ke KL. Hii..ii...
Turun deh kita diluar pagar Melaka Sentral, jalan cepat ke arah bus yang dari jauh sudah kelihatan nongkrong disitu. Sampai di bus, pukul 1 kurang five minits (logat malaysia), aman deh..lapor masuk bus, ternyata busnya kosong, hanya 14 orang saja saya hitung termasuk si Lukas & Timmy. Minta ijin mau beli air mineral dulu, dikasih tapi gak boleh lama-lama. Hanya 14 orang penumpang, busnya (Delima Express) pukul 1 lewat 5 minits sudah bergerak ke arah KL.
Ruins of St. Paul Church
Brothers
Another view of Melaka's street
Old bike in BW
Threeshaw
Kira-kira 2 jam, sampai deh di KL, antri memasuki terminal Pudu Raya sebelum hotel Swiss Garden. Bilang ke supir busnya, kalau kami mau ke arah jalan Bukit Bintang need his advise, eh kita disuruh turun aja disitu karena jalan Bukit Bintang cuma nyebrang jalan aja dari bus yang berhenti saat itu. Yup, itu dia plangnya; Jalan Bukit Bintang!
Tanya-tanya orang sekitar situ ke arah apartemen KL Plaza Suite (orang-orang tahunya KL Plaza), ke apartemennya Riyani Wong yang sudah kami booking jauh-jauh hari dari Jakarta. Yah kira-kira 400~500 meter dari ujung jalan BB tadi. Ah, jalan kaki aja lah, ngirit!! hehe...
Jadilah kita backpackers sejati yang jadi pusat perhatian di jalan Bukit Bintang sore itu...masing-masing bawa backpack di punggungnya kecuali si Timmy yang duduk manis di stroller yang gw dorong sampai ke unit apartemen.
KL Plaza itu adanya di depan hotel Grand Millenium atau Pavilion Plaza. Tapi kondisinya sangat mengenaskan, sedang dipugar karena sudah tua, dibongkar dengan alat-alat berat. KL Plazanya ditutup kecuali masuk ke condo atau apartemennya, itupun melalui jalan darurat yang sempit, wah gimana ini...
Lapor disecurity dulu, trus naik ke lantai 7, ke unit yang dituju, eh gak terkunci jadi kami bisa masuk ke apartemennya (tapi semua kamar terkunci, hanya menunggu di ruang tamu). Trus SMS kalau kami sudah sampai, gak berapa lama kemudian maidnya datang deh...
Maidnya orang Indonesia, dari Lampung, langsung menggiring kita ke room yang sudah disediakan. Eh kok, dikasih kamar biasa yang tanpa kamar mandi didalam? Padahal di mind saya adalah kami booking 2 malam untuk kamar master yang ada kamar mandi di dalam. Piye iki...?!
SMS SMS-an deh, mbak Riyani Wong menjelaskan kalau saya sudah deal untuk 1 malam kamar biasa dan 1 malam kamar master. Belakangan saya cek kembali, ternyata memang benar begitu adanya.
Tetapi masalahnya mbak Riyani Wong meminta uang transfer yang sudah saya bayar lunas seharga 2 malam kamar master, RM 110 x 2= RM 220. Rate normalnya sih RM 95 per malam untuk kamar master maksimal 2 orang. Kelebihan orang, dia minta tambahan RM 15 per orang. Sehubungan saya bawa 2 anak balita, disepakati untuk kami berempat bayar RM 110 per malamnya kamar master itu. Saya bayar yang RM 220 itu sesuai yang dia minta untuk kamar master 2 malam dong...?!!
Saat transfer uang (ke rekening BCA.nya dengan kurs rupiah; mbak Riyani Wong katanya memang orang Indonesia), saya selalu memastikan bahwa uang transfer itu adalah untuk booking kamar master selama 2 malam.
Apa boleh buat jadinya begitu, kamar yang ada adalah yang biasa untuk 1 malam, dan 1 malam lagi dapat yang master room. Kamar-kamar yang lain sudah penuh dibooking orang lain.
Diapartemen itu sendiri ada 4 kamar dengan hanya 1 kamar yang ada kamar mandinya didalam.
Jadi 3 kamar biasa yang lain harus sharing bathroom.
Dari awal saya browsing mengenai apartemen Riyani ini, memang saya lebih prefer pakai yang master room karena bawa anak-anak, reviewnya kalau pakai yang sharing bathroom; kondisinya agak jorok, berantakan, dan antri karena dipakai bersama penghuni 3 kamar lainnya.
Setelah berdebat melalui SMS, akhirnya melalui maidnya, uang kami dikembalikan sejumlah RM 20. Ya sudahlah...
Segera mandi, mumpung penghuni lain gak ada...selesai, langsung keluar menuju Twin Tower.
Karena Twin Towernya sendiri sudah kelihatan dari depan Pavilion Plaza, kami putuskan coba jalan kaki sambil lihat-lihat menuju kesana. Ternyata gak terlalu jauh kok, enjoy sight seeing di jalan, sampai deh di Twin Tower.
Cuaca memang agak mendung, n' gak berapa lama disana turun hujan...
Jadi kita masuk ke Suria KLCC, mall dibawahnya Petronas Twin Tower itu menunggu hujan reda. Waduh, bahaya deh kalau bawa emak-emak masuk ke mall! Bener kan...belanja deh dia!
Dengan alasan ada diskon 50%, RM 22.5 lepas deh dari kocek buat beli sepatu Vincci yang katanya gak ada di Indonesia, halah...??! Capek deh...
Ini pelanggaran serius untuk hukum para backpackers; no shopping!!
Jalan masuk darurat ke KL Plaza apartment
Gak jauh didepan Twin Tower ada halte bus. Dorong stroller kesana n' tanya-tanya orang naik bus nomer berapa ke KL Plaza? Bus no. B103, Rapid KL warna merah! Naik deh, cuma diminta RM 2 untuk kami ber-4, turun persis di depan KL Plaza, hehe...busnya nyaman, lebih nyaman dari taksi Kuala Lumpur yang rata-rata pakai mobil Proton model lama. Busnya persis seperti bus di Jepang yang pernah saya naiki, bahkan sistem pembayarannya juga; bayar pada saat naik, gratis turunnya. Hanya berhenti di halte-halte yang sudah ditentukan, dan cuma ada supirnya, gak ada kenek. Persis seperti di Jepang!
Tapi itu bus yang Rapid KL.nya ya...bus perusahaan lain ada keneknya juga kok, sama seperti di Jakarta, dan setiap kali bayar kita mendapatkan sobekan karcis seharga RM 1.
Turun dari bus mampir dulu di Pavilion Plaza, lagi suasana Chrismas yang sangat meriah sekali...cool!
Foto-foto, n' cari makan malam deh sebelum balik ke Riyani Wong apartment.
Dibelakang KL Plaza menuju ke jl. Imbi, banyak restoran chinese yang hemat dengan rasa yang muantaaap! RM 24 untuk makan malam ber-4.
Pulang, mandi, modom deh...(finish 4 day-2 trip).
2 comments:
untuk dapat memakai soket khas kuala lumpur yang mempunyai lubang tiga, charger kita dapat di colok dengan mencolok lobang yg atas dengan pen bersamaan dengan mencolok soket charger kita. Tipe ini saya dapat saat menginap di pengingapan hibiscus city hotel di puduraya depan tung shin hospital dekat terminal pudu.
wah akhirnya nemu review tentang Melaka juga nih..
thanks ya om :)
Post a Comment