Monday, December 20, 2010

Natalan di Kantor

18 Desember 2010 lalu ada acara natalan di kantor. Saya kebagian tugas jadi tukang potretnya...

















Sunday, November 28, 2010

Chicken a la Carte



Klik di "youtube" nya aja kalau ternyata disini agak susah bukanya...

Bai Fang Li, Tukang Becak Penyumbang Ratusan Juta untuk Yatim Piatu

Tak perlu menggembar-gemborkan sudah berapa banyak kita menyumbang orang karena mungkin belum sepadan dengan apa yang sudah dilakukan oleh Bai Fang Li. Kebanyakan dari kita menyumbang kalau sudah kelebihan uang. Jika hidup pas-pasan keinginan menyumbang hampir tak ada.


Bai Fang Li berbeda. Ia menjalani hidup sebagai tukang becak. Hidupnya sederhana karena memang hanya tukang becak. Namun semangatnya tinggi. Pergi pagi pulang malam mengayuh becak mencari penumpang yang bersedia menggunakan jasanya. Ia tinggal di gubuk sederhana di Tianjin, China.


Ia hampir tak pernah membeli makanan karena makanan yang ia makan lebih banyak didapatkan dengan cara memulung. Begitupun pakaiannya. Apakah hasil membecaknya tak cukup untuk membeli makanan dan pakaian?


Pendapatannya cukup memadai dan sebenarnya bisa membuatnya hidup lebih layak. Namun ia lebih memilih menggunakan uang hasil jerih payahnya untuk menyumbang yayasan yatim piatu yang mengasuh 300-an anak tak mampu.

Kejadian yang Mulai Mengubah Pandangan Hidupnya
Bai Fang Li mulai tersentuh untuk menyumbang yayasan itu ketika usianya menginjak 74 tahun. Saat itu ia tak sengaja melihat seorang anak usia 6 tahunan yang sedang menawarkan jasa untuk membantu ibu-ibu mengangkat belanjaannya di pasar. Usai mengangkat barang belanjaan, ia mendapat upah dari para ibu yang tertolong jasanya.

Namun yang membuat Bai Fang Li heran, si anak memungut makanan di tempat sampah untuk makanannya. Padahal ia bisa membeli makanan yang layak untuk mengisi perutnya. Ketika ditanya, ternyata si anak tak mau mengganggu uang hasil jerih payahnya itu untuk membeli makannya.

Ia gunakan uang itu untuk makan kedua adiknya yang berusia 3 dan 4 tahun di gubuk di mana mereka tinggal. Mereka hidup bertiga sebagai pemulung dan orangtuanya entah di mana.

Bai Fang Li yang berkesempatan mengantar anak itu ke tempat tinggalnya tersentuh. Setelah itu ia membawa ketiga anak itu ke yayasan yatim piatu di mana di sana ada ratusan anak yang diasuh.

Sejak itu Bai Fang Li mengikuti cara si anak, tak menggunakan uang hasil mengayuh becaknya untuk kehidupan sehari-hari melainkan disumbangkan untuk yayasan yatim piatu tersebut.

Dalam Memberi, Bai Fang Li Tak Pernah Menuntut Apapun
Bai Fang Li memulai menyumbang yayasan itu pada tahun 1986. Ia tak pernah menuntut apa-apa dari yayasan tersebut. Ia tak tahu pula siapa saja anak yang mendapatkan manfaat dari uang sumbangannya.

Pada tahun 2001 usianya mencapai 91 tahun. Ia datang ke yayasan itu dengan ringkih. Ia bilang pada pengurus yayasan kalau ia sudah tak sanggup lagi mengayuh becak karena kesehatannya memburuk. Saat itu ia membawa sumbangannya yang terakhir sebanyak 500 yuan atau setara dengan Rp 675.000.


Dengan uang sumbangan terakhir itu, total ia sudah menyumbang 350.000 yuan atau setara dengan Rp 472,5 juta. Anaknya, Bai Jin Feng, baru tahu kalau selama ini ayahnya menyumbang ke yayasan tersebut. Tahun 2005, Bai Fang Li meninggal setelah terserang sakit kanker paru-paru.


Melihat semangatnya untuk menyumbang, Bai Fang Li memang orang yang luar biasa. Ia hidup tanpa pamrih dengan menolong anak-anak yang tak beruntung. Meski hidup dari mengayuh becak (jika diukur jarak mengayuh becaknya sama dengan 18 kali keliling bumi), ia punya kepedulian yang sangat tinggi kepada nasib orang lain yang lebih kurang beruntung dari dirinya.

-dari berbagai sumber-

Monday, November 22, 2010

Urban Festival 2010

Urban Festival 2010 - All You Can Act! Pasar Seni Ancol, Nov 20~21, 2010.
Tahun ini adalah penyelenggaraan yang ke-4 kalinya. Tema tahun ini "The Rise of UrbanSport Heroes".
Urban Festival adalah ajang ngumpulnya anak-anak muda Jakarta dari berbagai komunitas yang ada seperti extreme sport, seni, hobi, dsb. Yah, lumayan dapat nuansa "anak mudanya" lah disini. Juga dapat melihat langsung aktifitas orang muda jaman sekarang yang kadang sepertinya nyeleneh dan diluar kenormalan orang kebanyakan. Saya dan keluarga sudah yang kedua kalinya datang ke acara ini. Dibanding penyelenggaraan tahun ini, sepertinya yang tahun lalu aromanya lebih heboh dan fresh. Kali ini, disamping cuacanya juga agak mendung, panggung band.nya gak sebanyak tahun lalu. Komunitas peserta yang ikut juga gak seperti seheboh ditahun lalu. Tapi bagaimanapun juga, tetap asyik lah... walaupun datang sudah agak kesorean di Minggu yang mendung-mendung gak karuan itu.





Ternyata membuat gerabah itu gak gampang lho...

Body painting.

Ini suasana di pantai Karnaval menjelang senja...



Makan malam di Bandar Jakarta, masih didalam kawasan Ancol.

Perahu wisata, naik dari Bandar Jakarta, mutar-mutar pantai Ancol.


Sunday, November 07, 2010

Samarra

Sāmarrā (سامراء) adalah sebuah kota kecil yang terletak di sisi timur Sungai Tigris di Provinsi Salah ad Din, Irak. Kota ini berlokasi 125 km di sebelah utara Bagdad. Penduduknya berjumlah 201.700 jiwa (2002).

Pada masa lampau, Samarra merupakan salah satu kota terbesar Mesopotamia.

-Wikipedia-

Namun foto-foto dibawah ini bukan diambil dari kota Samarra yang berada di Irak sana, tapi yang ini adalah Samarra - Pasar Sate & Wine, sebuah lounge cafe yang terletak di jalan Kebon Sirih Raya No. 77, Jakarta Pusat.
Bersebelahan dengannya, juga ada Warong Shanghai Blue 1920 - sebuah lounge cafe lain yang satu group dengan Samarra.
Suasana dikedua tempat ini wow... sungguh sangat berkesan. Saya berkesempatan motret-motret dikedua tempat ini Sabtu, 6 Nov lalu karena kebetulan ada job moto belly dance perform disitu. Yah sekalian hunting lah...
Untuk tahu lebih lanjut mengenai "Samarra" atau "Shanghai Blue 1920", silahkan lanjut kesini saja, http://www.tuguhotels.com/
















Nah, mulai foto ini kebawah diambil di Shanghai Blue 1920...