Thursday, July 24, 2008

Lukas Sekolah

14 Juli 2008, Lukas pertama kali pergi kesekolah. 4 tahun 3 bulan si Lukas udah sekarang, gak terasa anak gw udah masuk sekolah...udah tua deh gw.
Dia masuk kelas TK-A di TK Bhakti, komp. Pajak Kemanggisan-Jakarta Barat. Bayarnya Rp 4 jt + uang bulanannya Rp 300rb, jadi total Rp 4,3 jt. Muahaal ya..?! Iya, habis gaji papilukas masih pas-pasan sih. TK Bhakti ini konon katanya jadi TK percontohan di daerah Jakarta Barat, wah..hebat juga ya.

Hayo, mana si Lukas?

Nih dia, yang lagi nengok ke belakang.

Ini salah satu seragamnya, keren gak?

Sunday, July 20, 2008

Indonesia Motor Show 2008

The 16th Indonesia International Motor Show 2008 which held on July 11th - 20th, 2008 is a bigger motor car annualy exhibition in Indonesia. Bringing all together indoor and outdoor activities to ensure that we'll discover the excitement of Indonesian automotive industry within the 10 days exhibition. With over 1 million visitors (since the 1st exhibition), 300 brands, and 400 journalists, the Indonesian International Motor Show (previously known as Gaikindo Auto Expo) remains as the most popular automobile in the eastern world and the one with the most media coverage in Indonesia. Admission fee is Rp 30.000 (Mon~Thurs) and Rp 35.000 (Fri~Sun) and it will be free admission for children under 2 yrs old and people above 65 years of age.

The biggest motor show in Indonesia.

Mitsubishi Motors booth.

Mitsubishi i-Miev, an electric car concept.

Mitsubishi Canter Eco-D, a concept from Mitsubishi Fuso.

Chery QQ, a China product for nominee.

Suzuki Kizashi, a concept car.

Suzuki Swift concept.

Suzuki APV Arena.

Toyota FT-HS hybrid car concept.

Toyota i-real, concept car.


Me & my brother & our concept car.

Isuzu, 'we owe the world to our children'.

Isuzu D-Max.

Nissan booth.

Proton Lotus.


Mercedes Smart.


Volks Wagon Phaeton, best exclusive sedan.

Duo percussion at 'Honda'.



Very attractive dancing & percussion.

Honda Jazz (in Japan; Honda Fit).

Another performance at 'Honda'.

Honda motto; 'Eco Green'.

Man or statue...??


Wheel for your life.


Daihatsu OFC-1.

Daihatsu Gran Max for ambulance.

Ferrary F1 replica.

'Suzuki' girl.

'Mitsubishi Motors' girl.

'Toyota' girl.

What a pretty Toyota's.

Thursday, July 17, 2008

Fugu Sashimi

"Tell me what you eat, and I will tell you what you are" - Brillat- Savarin.

Sebenarnya sudah agak lama saya kepingin makan ikan Fugu, tapi susah sekali mencari teman yang mau nekat ambil resiko setor nyawa untuk mencicipi hidangan "fear factor" ini. Apalagi seporsi Fugu Sashimi biasanya dibandrol dengan harga yang bisa bikin merinding. Lengkap deh. Sudah mahal, nyawa pun bisa melayang. Mana ada yang mau mencoba makanan seperti ini. Ternyata ada lho! Didiet dan Devi adalah dua dari sedikit orang di Jakarta yang urat takutnya mungkin tidak berkembang dengan baik sejak lahir. Mereka berdua bisa makan hidangan ikan Fugu semeja (yes, bukan sepiring, tapi semeja!) tanpa berkedip. Habis tandas pula! Dan entah karena saking sayangnya sama saya atau memang ngajak "I jump, you jump", mereka mengajak saya untuk mencicipi Fugu Sashimi di sebuah restoran di Jakarta yang kata mereka murah. Nah, kalau kombinasi antara "fear factor" dan mahal membuat saya ogah mencoba, mungkin kalau faktor mahalnya hilang, lantas saya mau mencoba - mungkin begitu pikir mereka. Entah jurig apa yang sedang ada dalam kepala saya hari itu, kok ya saya mau-maunya ikut mereka. Tapi saya sudah siap-siap dulu lho! Sebelum pergi, Didiet sudah saya interograsi dulu yang kalau ditranskrip kira-kira bakal jadi begini:

"Aman gak nih?" Tanya saya "Aman! Nah ini gua masih hidup!"
"Chef-nya ada sertifikatnya ngga?" Saya masih ngga yakin "Ada! Dan 3 menit pertama dia bakal merhatiin kita. Jadi kalo ada apa- apa mereka bisa kasih antidote-nya"
"Enak nggak?" "Wah, endang bambang gulindang guling gulingan!" Didiet meyakinkan saya. Dia tahu saya saya sudah masuk perangkap...

***

Buat Anda yg belum tahu, Fugu adalah istilah bahasa Jepang untuk ikan Buntal yang kalau kaget atau merasa terancam badannya akan mengembang seperti balon. Para penyelam biasa "menggoda" ikan-ikan ini di dalam air. Mungkin mereka menganggapnya lucu padahal saat badannya mengembang seperti ini, itu tandanya ikan ini sedang stress berat. Ikan ini punya racun yang disebut tetrodotoxin yang berada di dalam kulit, empedu, dan ovaries (indung telur?) nya. Dan sejak dulu ikan ini banyak membunuh orang-orang yang mengkonsumsinya secara gegabah. Di Jepang, ikan ini adalah satu-satunya delicacy yang secara resmi dilarang untuk dikonsumsi oleh Kaisar Jepang. Saking gawatnya ikan ini, pemerintah Jepang mensyaratkan hanya tukang masak yang memiliki lisensi yang boleh memasak dan menjual ikan ini untuk publik. Dan untuk mendapatkan lisensi tersebut, chef tersebut harus lulus tiga tahapan ujian: tes tertulis, fish identification test, tes praktek bagaimana mempersiapkan Fugu. Dan terakhir mereka harus memakan sendiri Fugu buatan mereka! Ikan ini biasanya disajikan sebagai Sashimi, dibuat sup, direbus, atau digoreng. Siripnya juga sering digoreng dan dicelupkan dalam sake hangat. Rasanya? Terus terang saya tidak tertarik untuk membayangkan rasanya.

***

Setelah menerabas macetnya Jakarta di Jumat malam, akhirnya kita sampai juga di restoran kecil tersebut. Di depannya ada neon sign bergambar ikan buntal yang lebih mirip ikan bunting. Dibawah deretan aksara Korea yang tidak saya mengerti, ada tulisan DONG HAE BOK JIB. Karena Didiet sudah menelepon sebelum kita sampai, tidak lama setelah kita duduk datanglah sepiring besar Fugu Sashimi yang diiris setipis kertas sehingga pola dan gambar di piringnya bisa terlihat jelas dari tumpukan daging ikan yang terlihat hampir transparan. Selain itu Devi juga memesan semangkok Mie Dingin yang rasanya cakep banget. Sedangkan saya memesan Ojingo Bokkum - tumis cumi pedas khas Korea. Selain itu saya juga memesan sebotol Bokbunja - raspberry wine buatan Korea yg juga harus diacungi jempol. Terus terang saya menunggu Didiet atau Devi untuk mulai dulu. Meskipun sudah sampai sana, tapi rasa jiper itu masih tetap ada di hati saya. Namun setelah melihat mereka berdua menyantap sashimi itu tanpa berkedip, saya jadi berani juga. Ada dua saus yang disiapkan untuk sashimi ini. Yang pertama adalah saus standar - Shoyu dan Wasabi. Yang kedua disebut Ponzu tapi rasanya jauh lebih gurih dari Ponzu biasa, seperti dicampur dengan chicken powder.

Rasa Fugu sashimi ini terus terang mengecewakan. Hambar! Teksturnya pun agak liat seperti cumi mentah. Tapi setelah dicelup ke saus Ponzu ini, eh, kok ya jadi lumayan. Setelah beberapa teguk Bokbunja, saya mulai merasakan ada rasa-rasa lainnya yang muncul. Gurih? Bukan.....Manis? Ngga juga....ini adalah rasa.....melayang. ....!! Lho...kok jadi melayang begini?????? ??!!!!!!! ??????? Saya mulai curiga. Apa gara-gara wine-nya ya? Ah, mabuk wine ngga begini deh rasanya! Lalu saya mulai iseng tanya dengan pelayan di sana. "Mbak, di sini chef-nya masih orang Jepang?". Eh, tidak lama kemudian Chef-nya muncul dan ternyata orang Indonesia, dan masih muda pula!! Setelah saya tanya, ternyata dia tidak punya lisensi untuk menyajikan Fugu!! Melihat muka saya yang mungkin sudah mulai berubah jadi hijau, chef tersebut berusaha menenangkan saya "Pak, saya sudah ikut Chef aslinya sejak lama. Jadi sudah dilatih sama dia sampai benar-benar mahir..." Entah kenapa perasaan saya tetap tidak tenang juga. Satu-satunya hal yang bisa membuat saya tersenyum malam itu hanyalah pelayan-pelayan (yes, ngga cuma satu orang!) di sini yang latahnya rada-rada saru. Lalu saya - biar lebih tenang - mengajukan pertanyaan paling penting "Kalau sampai ada yang keracunan Fugu, ada obatnya ngga sih". Jawab Chef tersebut "Ya ngga ada dong Pak! Paling dibawa ke Rumah Sakit terdekat. Dan itu pun tidak boleh terlambat. Kalau sampai terlambat ya ....bisa lewat...." Jiangkrik! Rasanya saya pengen mengiris-iris Didiet dan Devi jadi sashimi malam itu. Saya yang merasa tidak tenang langsung minta segera pulang.

Perjalanan Jakarta-Bogor rasanya lamaaa sekali malam itu. Sesampai di rumah, hal pertama yang saya lakukan adalah membuat diri saya muntah sebanyak banyaknya. Lalu kemudian menelan norit dalam dosis yang agak liberal. Setelah beberapa lama, rasa melayangnya sudah agak mereda. Tapi saya yang masih belum tenang mulai googling dan apa yang saya baca ternyata tidak membuat saya merasa lebih baik. Ini info yang saya dapatkan dari google: serangan racun Fugu bisa ditandai dengan rasa pusing, kehilangan tenaga, sakit kepala, pening, mual, dan sulit bernapas (damn!!). Racunnya akan menyerang sistem syaraf yang akan menyebabkan korban kehilangan kontrol akan otot tubuh dan kesulitan bernapas namun korban akan tetap sadar dalam proses melewati tahapan mati pelan-pelan ini (damn! damn!). Dalam kebanyakan kasus, korban akan meninggal dalam waktu 24 jam, dan jika korban bisa melewati fase kritis 24 jam ini, maka kemungkinan besar korban akan tetap hidup. Dan saya tidak berani tidur selama 24 jam berikutnya....

***

Setelah banyak minum air, satu tube norit, dan keinginan untuk balas dendam pada Didiet dan Devi (hehehehehe) . Akhirnya saya bisa melewati 24 jam itu tanpa masalah yang berarti. Tapi rasa khawatir yang berlebihan, ketakutan, dan sport jantung luar biasa yang saya alami malam sebelumnya sungguh tidak mau saya alami lagi. Moral of the story is: know what you eat. Jika saya sudah googling sebelum makan di restoran ini, apalagi kalau saya tahu bahwa chef nya adalah chef lokal, tentu saya tidak perlu paranoid dan sport jantung seperti malam itu. Jika Brillat-Savarin masih hidup dan mendengarkan cerita ini, pasti dia akan bilang begini "Kacian de lu!"

DONG HAE BOK JIB
Jl. Panglima Polim IX no 8
Telp: 7207464, 7252856

Dari milis jalansutra, oleh bpk. Yohan Handoyo
(penggemar dan penulis buku tentang wine)


Fugu (ikan buntal)

image from http://www.trekearth.com/

Friday, July 11, 2008

Seribu Pertanyaan Tentang Cinta

Tanya:
Pacar saya selalu mengajak saya berdoa sebelum dan sesudah berciuman dan bercumbu. Apakah itu benar?
Jawab:
Jika diumpamakan binatang melata, maaf, maka pacarmu bisa diumpamakan kadal beracun yang berbahaya sekali. Jika diumpamakan binatang pemangsa, maka dia adalah musang yang sangat suka mengenakan mantel bulu ayam untuk menerkam anak-anak ayam yang tidak begitu cerdas. Membungkus kegiatan bercumbu saat pacaran dengan doa jelas-jelas sangat berbahaya. Remaja yang tidak kritis dan cerdas akan terkecoh, seolah-olah kegiatan cumbu saat pacaran menjadi “boleh”dan “sah” karena telah didoakan. Itu mirip dengan seorang yang berdoa sebelum “mencuri”. Kemungkinan hanya ada tiga. Pertama: jika dia benar-benar berdoa maka dia akan menghentikan niatnya mencumbu. Kedua: jika dia benar-benar nafsu mencumbu, maka dia tidak akan berdoa, sebab tahu bahwa Tuhan tidak suka. Ketiga: dia pura-pura berdoa untuk pamit atau meminta ijin atau menyamarkan kegiatan bercumbu itu. Saran saya ringkas: lain kali jika pacarmu mengajakmu berdoa sebelum mencumbumu, tempeleng saja pipinya pelan, supaya dia kaget dan sadar.

Article source from: http://rumametmet.com/ , klik on 'Seribu Pertanyaan Tentang Cinta'

PapiLukas: Ada-ada aja...!

Monday, July 07, 2008

Masak Shabu-Shabu di Rumah

Weekend minggu ini gak ada rencana kemana-mana, habis capek juga tiap minggu keluar rumah terus. Si Lukas juga udah protes; 'Papi...jangan pegi-pegi terus donk...!' Nah, trus di rumah ngapain dong? Hmm, iya-ya..gimana kalau masak shabu-shabu aja di rumah..?! Kita dulu memang sering bikin shabu-shabu atau yakiniku dirumah, tapi belakangan ini sudah agak jarang, habis syibuk terus sih n' udah gak ada lagi yang bantuin di rumah alias emaknya Lukas yang sekarang merangkap nyonya rumah sekalian jadi pembokat. Efektif dan efisien! hehe....
Nanya MamiLukas, bikin shabu-shabu ya...?! Ok deh, katanya. Siiplah.
Tadinya mau buat di hari Sabtu, tapi bahan-bahannya kok gak begitu lengkap??! Ya udah, postpone ke hari Minggunya deh. Habis pulang dari gereja (digereja pas ada perjamuan kudus), pulangnya mampir ke Pasar Kopro di tanjung duren, jakarta barat. Ke pasar kopro, niatnya mau beli bahan-bahan buat shabu-shabu, tapi yang dicari duluan malah soto edi (ini juga referensi kang ucup temennya papilukas itu lho..), lah piye..?! Iya, tuh soto khabarnya uenak tenan, kita beberapa kali kesitu selalu kehabisan terus, dan tau gak, kali ini juga begitu, kehabisan lagi!! Ampun deh...! Ya udah, kembali ke tujuan awal; beli kepiting (1.2 kg=Rp 50rb=3 ekor), udang 25rb, kerang 1kg=10rb, cumi 1 ekor=7rb, bakso ikan 10 biji 3rb, bakso daging 1 bungkus 25rb, trus apa ya namanya yang seperti bakso rasa ikan dan kepiting, masing-masing 14rb dan 12 rb perbungkusnya. O ya, sayur-sayuran lagi seribu apa dua ribu tuh...lupa! Sekalian ama belanjaan rumah yang lain; telor dsb, habis 150rb, emaknya Lukas ngomel!! hehe...

Kepiting, kerang, n' udang.
Ini dia, bakso-bakso.an rasa ikan, kepiting dsb, ada juga daging ayam sedikit.

Ini bumbu-bumbunya; Kikkoman soy sauce, Maggi kaldu block rasa sapi, n' yang satunya lagi apa ya...agak jarang dipake sih..!

Hmm, direbus deh...nyam-nyam, maknyuus. Kita cuma masukin kaldu block aja 4 atau 5 bungkus ke dalamnya, bumbu yang lain tergantung selera masing-masing alias gak dicampurin ke dalam panci, serve masing-masing.

Kayak gini nih...pake sambal cap jempol, pedes!! Kikkoman soy sauce.nya ditambahin minyak wijen aja sedkit buat menghilangkan bau anyir seafoodnya.

Siap deh. Peralatannya lumayan lengkap lho. Emang niat, kalau sodara-sodara pada ngumpul, kita bikin beginian aja di rumah. O ya, tikar kayak gini dapetnya di Ace Hardware (dipasar tradisionil atau Carrefour gak ada!).

Kuahnya panas mendidih, rasanya segerr...

Anker bir botol kecil, hmm nikmat....