Tuesday, December 11, 2007

Tiba di Osaka

Tak terasa dua minggu sudah saya berada di negeri sakura Jepang. Suhu udara disini berkisar antara 10~12 derajat celcius saat ini (11 Des, 2007).
Ini pertama kalinya saya ke negeri sakura. Masih teringat saat keberangkatan dari bandara Soekarno Hatta dua minggu lalu (26 Nop, 2007), banjir dijalan tol bandara akibat pasang air laut mencapai setinggi lutut menghambat lalu lintas dari dan menuju bandara saat itu.
Saya berangkat dari rumah (Kemanggisan-Slipi, Jakarta Barat) sekitar pukul 16:30 untuk keberangkatan pesawat pukul 20:15 (SQ0967, JKT-SIN). Sekitar setengah jam perjalanan dengan taxi selepas keluar pintu tol Kapuk Kamal, macet panjang sudah terlihat sepanjang mata memandang. Menurut supir taxi hal tersebut sudah biasa di jam pulang seperti itu, tapi setelah merambat jalan setengah jam perasaan saya mengatakan hal yang luar biasa terjadi. Satu jam kami mencapai pintu tol Kapuk Kamal, saya memutuskan untuk mencari jalan alternatif keluar pintu tol Kapuk Kamal melalui jalan biasa menuju bandara.
Ternyata benar, sesampai di bandara suasana terminal keberangkatan luar negeri relatif terlihat sepi. Banjir setinggi lutut itu telah membuat ‘stuck’ arus lalu lintas di tol.
Saya sendiri dua setengah jam waktu habis di jalan. Dari 4 orang rekan (Mitsubishi Jidosha kenshu sei) yang rencananya akan berangkat ke Jepang malam itu, hanya saya yang sampai dibandara dalam time range yang diperbolehkan masuk ke dalam pesawat.
Satu teman tiba 15 menit sebelum pesawat diberangkatkan, tetapi tidak diizinkan masuk. Salut untuk Singapore Airline yang tetap on time schedule take off walaupun hanya sekitar 20% bangku yang terisi saat itu.


















Membandingkan Jakarta dengan Osaka adalah sangat tidak relevan. Saya tidak tahu apakah Jakarta satu saat dapat keluar dari problema lalu lintas yang ada ataukah akan semakin menjadi jadi dan semakin membuat frustasi penduduknya.
Jaringan subway (chikatetsu) dan bis sudah sangat teratur disini. Saya sendiri begitu sampai di asrama KKC (Kansai Kenshu Center), langsung keluar mencoba jaringan chikatetsu menuju downtown (Namba) di tengah kota Osaka, sightseeing sekitar denden town.
Luar biasa, bagaimana mereka bisa membuat dan mengaturnya seperti itu? Hanya beberapa menit menunggu (mungkin tidak sampai lima menit) sudah ada kereta yang datang menjemput kita menuju tujuan. Mungkin ada ratusan kereta yang ada di jaringan subway Osaka saat ini.

Suasana Shin-Osaka Eki.

Pembelian tiket dilakukan secara otomatis di mesin pembelian tiket. Kita hanya mengkonfirm di peta subway yang ada di dekat mesin penjualan tiket otomatis itu, berapa ongkos yang harus dibayar? Kemudian memasukan sejumlah yen ke mesin (baik uang kertas maupun koin) dan memencet tombol ongkos tujuan kita. Sejumlah uang kembalian akan keluar secara otomatis apabila uang yang kita masukan lebih besar dari ongkos yang harus dibayar.
















Kereta walaupun padat di jam-jam sibuk, tetapi terkesan teratur, bersih dan tidak semrawut. Dikereta selalu disebutkan stasiun pemberhentian berikutnya. Juga didalam kereta selalu ada peta jalur subway tersebut disetiap gerbongnya. Saya tidak pernah khawatir akan tersesat naik chikatetsu di Osaka. Apabila stasiun yang kita tuju terlewat, kita bisa turun dan naik kereta ke arah sebaliknya tanpa harus membeli karcis kembali. Prinsipnya, selama belum keluar eki (stasiun) karcis terhitung belum digunakan, jadi kalau mau bisa keliling-keliling subway dengan membayar ongkos stasiun terdekat saja. Tapi untuk apa? Karena di subway tidak ada yang bisa dilihat kecuali orang-orang yang naik chikatetsu. Bagusnya lagi, kalau kita berubah pikiran dan turun di stasiun yang lebih dekat dari ongkos yang kita bayar, kita bisa merembus sisa ongkos yang tidak dipakai!


















Orang Jepang tidak mengenal tip, jadi kalau kita belanja apa saja apabila ada uang kembaliannya, maka jumlahnya pasti sesuai sisanya sampai ke nilai paling kecil sekalipun (1 yen), kalau di Jakarta paling-paling dikasih kembalian permen ! :)
Kapan ya Jakarta kayak begini???

Ada juga one day tiket chikatetsu (hanya bisa dipakai untuk subway saja, bukan railway-diatas tanah) ataupun one day tiket chikatetsu dan bis (bisa digunakan untuk chikatetsu dan jaringan bis). Bagi orang-orang yang ingin melancong ke Osaka, one day tiket ini sangat membantu sekali apabila maksimum kita gunakan. Kita dapat turun naik dengan bebas selama satu hari penuh dengan one day tiket tersebut.
One day tiket untuk chikatetsu adalah 850 yen, dan 2000 yen untuk chikatetsu dan bis.
Ongkos termurah antar eki (stasiun) – dan juga bis adalah sekitar 200 yen untuk satu kali jalan. Untuk PP kita harus siapkan ongkos minimum 400 yen, dengan catatan itu adalah jarak terdekat!
Untuk pembelian one day tiket chikatetsu dan bis (2000 yen), itu sudah termasuk free entrance fee beberapa paket-paket wisata didalamnya, seperti Osaka jo / Osaka castle(ongkos masuk umum 600 yen), Osaka jo Aqua Liner Cruise (naik boat keliling Osaka Castle sekitar 40 menit, bila tidak mempunyai one day tiket – kita harus bayar 1600 yen per orang!), Osaka jo park trem (ongkos umum 200 yen), Floating garden (700 yen) & HEP Five Wheel (seperti bianglala di Dufan, dapat diskon 100 yen dari 500 yen ongkos normal), Osaka Museum of History, Osaka Aquarium “Kaiyukan” (aquarium terbesar didunia-diskon entrance fee), Osaka Bay Cruise “Santa Maria”, dan banyak lagi obyek-obyek wisata lainnya. Kalau mau lebih murah lagi, ambil yang paket two days tiket seharga 2700 yen. Ayo ke Osaka…

Tuesday, November 13, 2007

Bola Untuk Anak

25 tahun yang lalu,Inikah nasib? Terlahir sebagai menantu bukan pilihan. Tapi aku dan Kania harus tetap menikah. Itu sebabnya kami ada di Kantor Catatan Sipil. Wali kami pun wali hakim. Dalam tiga puluh menit, prosesi pernikahan kami selesai. Tanpa sungkem dan tabur melati atau hidangan istimewa dan salam sejahtera dari kerabat. Tapi aku masih sangat bersyukur karena Lukman dan Naila mau hadir menjadi saksi. Umurku sudah menginjak seperempat abad dan Kania di bawahku. Cita-cita kami sederhana,ingin hidup bahagia.

22 tahun yang lalu,Pekerjaanku tidak begitu elit, tapi cukup untuk biaya makan keluargaku. Ya, keluargaku. Karena sekarang aku sudah punya momongan. Seorang putri, kunamai ia Kamila. Aku berharap ia bisa menjadi perempuan sempurna, maksudku kaya akan budi baik hingga dia tampak sempurna. Kulitnya masih merah, mungkin karena ia baru berumur seminggu. Sayang, dia tak dijenguk kakek-neneknya dan aku merasa prihatin. Aku harus bisa terima nasib kembali, orangtuaku dan orangtua Kania tak mau menerima kami. Ya sudahlah. Aku tak berhak untuk memaksa dan aku tidak membenci mereka. Aku hanya yakin, suatu saat nanti, mereka pasti akan berubah.

19 tahun yang lalu,Kamilaku gesit dan lincah. Dia sekarang sedang senang berlari-lari, melompat-lompat atau meloncat dari meja ke kursi lalu dari kursi ke lantai kemudian berteriak "Horeee, Iya bisa terbang". Begitulah dia memanggil namanya sendiri, Iya. Kembang senyumnya selalu merekah seperti mawar di pot halaman rumah. dan Kania tak jarang berteriak, "Iya sayaaang," jika sudah terdengar suara "Prang". Itu artinya, ada yang pecah, bisa vas bunga, gelas, piring, atau meja kaca. Terakhir cermin rias ibunya yang pecah. Waktu dia melompat dari tempat tidur ke lantai, boneka kayu yang dipegangnya terpental. Dan dia cuma bilang "Kenapa semua kaca dirumah ini selalu pecah, Ma?"

18 tahun yang lalu,Hari ini Kamila ulang tahun. Aku sengaja pulang lebih awal dari pekerjaanku agar bisa membeli hadiah dulu. Kemarin lalu dia merengek minta dibelikan bola. Kania tak membelikannya karena tak mau anaknya jadi tomboy apalagi jadi pemain bola seperti yang sering diucapkannya. "Nanti kalau sudah besar, Iya mau jadi pemain bola!" tapi aku tidak suka dia menangis terus minta bola, makanya kubelikan ia sebuah bola. Paling tidak aku bisa punya lawan main setiap sabtu sore. Dan seperti yang sudah kuduga, dia bersorak kegirangan waktu kutunjukkan bola itu. "Horee, Iya jadi pemain bola."

17 Tahun yang laluIya, Iya. Bapak kan sudah bilang jangan main bola di jalan. Mainnya di rumah aja. Coba kalau ia nurut, Bapak kan tidak akan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana Kania bisa tidak tahu Iya menyembunyikan bola di tas sekolahnya. Yang aku tahu, hari itu hari sabtu dan aku akan menjemputnyanya dari sekolah. Kulihat anakku sedang asyik menendang bola sepanjang jalan pulang dari sekolah dan ia semakin ketengah jalan. Aku berlari menghampirinya, rasa khawatirku mengalahkan kehati-hatianku dan "Iyaaaa". Sebuah truk pasir telak menghantam tubuhku, lindasan ban besarnya berhenti di atas dua kakiku. Waktu aku sadar, dua kakiku sudah diamputasi. Ya Tuhan, bagaimana ini. Bayang-bayang kelam menyelimuti pikiranku, tanpa kaki, bagaimana aku bekerja sementara pekerjaanku mengantar barang dari perusahaan ke rumah konsumen. Kulihat Kania menangis sedih, bibir cuma berkata "Coba kalau kamu tak belikan ia bola!"

15 tahun yang lalu,Perekonomianku morat marit setelah kecelakaan. Uang pesangon habis untuk ke rumah sakit dan uang tabungan menguap jadi asap dapur. Kania mulai banyak mengeluh dan Iya mulai banyak dibentak. Aku hanya bisa membelainya. Dan bilang kalau Mamanya sedang sakit kepala makanya cepat marah. Perabotan rumah yang bisa dijual sudah habis. Dan aku tak bisa berkata apa-apa waktu Kania hendak mencari ke luar negeri. Dia ingin penghasilan yang lebih besar untuk mencukupi kebutuhan Kamila. Diizinkan atau tidak diizinkan dia akan tetap pergi. Begitu katanya. Dan akhirnya dia memang pergi ke Malaysia.

13 tahun yang lalu,Setahun sejak kepergian Kania, keuangan rumahku sedikit membaik tapi itu hanya setahun. Setelah itu tak terdengar kabar lagi. Aku harus mempersiapkan uang untuk Kamila masuk SMP. Anakku memang pintar dia loncat satu tahun di SD-nya. Dengan segala keprihatinan kupaksakan agar Kamila bisa melanjutkan sekolah. aku bekerja serabutan, mengerjakan pekerjaan yang bisa kukerjakan dengan dua tanganku. Aku miris, menghadapi kenyataan. Menyaksikan anakku yang tumbuh remaja dan aku tahu dia ingin menikmati dunianya. Tapi keadaanku mengurungnya dalam segala kekurangan. Tapi aku harus kuat. Aku harus tabah untuk mengajari Kamila hidup tegar.

10 tahun yang lalu,Aku sedih, semua tetangga sering mengejek kecacatanku. Dan Kamila hanya sanggup berlari ke dalam rumah lalu sembunyi di dalam kamar. Dia sering jadi bulan-bulanan hinaan teman sebayanya. Anakku cantik, seperti ibunya. "Biar cantik kalo kere ya kelaut aje." Mungkin itu kata-kata yang sering kudengar. Tapi anakku memang sabar dia tidak marah walau tak urung menangis juga."Sabar ya, Nak!" hiburku."Pak, Iya pake jilbab aja ya, biar tidak diganggu!" pintanya padaku. Dan aku menangis. Anakku maafkan bapakmu, hanya itu suara yang sanggup kupendam dalam hatiku. Sejak hari itu, anakku tak pernah lepas dari kerudungnya. Dan aku bahagia. Anakku, ternyata kamu sudah semakin dewasa. Dia selalu tersenyum padaku. Dia tidak pernah menunjukkan kekecewaannya padaku karena sekolahnya hanya terlambat di bangku SMP.

7 tahun yang lalu,Aku merenung seharian. Ingatanku tentang Kania, istriku, kembali menemui pikiranku. Sudah bertahun-tahun tak kudengar kabarnya. Aku tak mungkin bohong pada diriku sendiri, jika aku masih menyimpan rindu untuknya. Dan itu pula yang membuat aku takut. Semalam Kamila bilang dia ingin menjadi TKI ke Malaysia. Sulit baginya mencari pekerjaan di sini yang cuma lulusan SMP. Haruskah aku melepasnya karena alasan ekonomi. Dia bilang aku sudah tua, tenagaku mulai habis dan dia ingin agar aku beristirahat. Dia berjanji akan rajin mengirimi aku uang dan menabung untuk modal. Setelah itu dia akan pulang, menemaniku kembali dan membuka usaha kecil-kecilan. Seperti waktu lalu, kali ini pun aku tak kuasa untuk menghalanginya. Aku hanya berdoa agar Kamilaku baik-baik saja.

4 tahun lalu,Kamila tak pernah telat mengirimi aku uang. Hampir tiga tahun dia di sana. Dia bekerja sebagai seorang pelayan di rumah seorang nyonya. Tapi Kamila tidak suka dengan laki-laki yang disebutnya datuk. Matanya tak pernah siratkan sinar baik. Dia juga dikenal suka perempuan. Dan nyonya itu adalah istri mudanya yang keempat. Dia bilang dia sudah ingin pulang. Karena akhir-akhir ini dia sering diganggu. Lebaran tahun ini dia akan berhenti bekerja. Itu yang kubaca dari suratnya. Aku senang mengetahui itu dan selalu menunggu hingga masa itu tiba. Kamila bilang, aku jangan pernah lupa salat dan kalau kondisiku sedang baik usahakan untuk salat tahajjud. Tak perlu memaksakan untuk puasa sunnah yang pasti setiap bulan Ramadhan aku harus berusaha sebisa mungkin untuk kuat hingga beduk manghrib berbunyi. Kini anakku lebih pandai menasihati daripada aku. Dan aku bangga.

3 tahun 6 bulan yang lalu,Inikah badai? Aku mendapat surat dari kepolisian pemerintahan Malaysia, kabarnya anakku ditahan. Dan dia diancam hukuman mati, karena dia terbukti membunuh suami majikannya. Sesak dadaku mendapat kabar ini. Aku menangis, aku tak percaya. Kamilaku yang lemah lembut tak mungkin membunuh. Lagipula kenapa dia harus membunuh. Aku meminta bantuan hukum dari Indonesia untuk menyelamatkan anakku dari maut. Hampir setahun aku gelisah menunggu kasus anakku selesai. Tenaga tuaku terkuras dan airmataku habis. Aku hanya bisa memohon agar anakku tidak dihukum mati andai dia memang bersalah.

2 tahun 6 bulan yang lalu, Akhirnya putusan itu jatuh juga, anakku terbukti bersalah. Dan dia harus menjalani hukuman gantung sebagai balasannya. Aku tidak bisa
apa-apa selain menangis sejadinya. Andai aku tak izinkan dia pergi apakah nasibnya tak akan seburuk ini? Andai aku tak belikan ia bola apakah keadaanku pasti lebih baik? Aku kini benar-benar sendiri. Wahai Allah kuatkan aku. Atas permintaan anakku aku dijemput terbang ke Malaysia. Anakku ingin aku ada di sisinya disaat terakhirnya. Lihatlah, dia kurus sekali. Dua matanya sembab dan bengkak. Ingin rasanya aku berlari tapi apa daya kakiku tak ada. Aku masuk ke dalam ruangan pertemuan itu, dia berhambur ke arahku, memelukku erat, seakan tak ingin melepaskan aku. "Bapak, Iya Takut!" aku memeluknya lebih erat lagi. Andai bisa ditukar, aku ingin menggantikannya. "Kenapa, Ya, kenapa kamu membunuhnya sayang?" "Lelaki tua itu ingin Iya tidur dengannya, Pak. Iya tidak mau. Iya dipukulnya. Iya takut, Iya dorong dan dia jatuh dari jendela kamar. Dan dia mati. Iya tidak salah kan, Pak!" Aku perih mendengar itu. Aku iba dengan nasib anakku. Masa mudanya hilang begitu saja. Tapi aku bisa apa, istri keempat lelaki tua itu menuntut agar anakku dihukum mati. Dia kaya dan lelaki itu juga orang terhormat. Aku sudah berusaha untuk memohon keringanan bagi anakku, tapi menemuiku pun ia tidak mau. Sia-sia aku tinggal di Malaysia selama enam bulan untuk memohon hukuman pada wanita itu.

2 tahun yang lalu, Hari ini, anakku akan dihukum gantung. Dan wanita itu akan hadir melihatnya. Aku mendengar dari petugas jika dia sudah datang dan ada di belakangku. Tapi aku tak ingin melihatnya. Aku melihat isyarat tangan dari hakim di sana. Petugas itu membuka papan yang diinjak anakku. Dan 'blass" Kamilaku kini tergantung. Aku tak bisa lagi menangis. Setelah yakin sudah mati, jenazah anakku diturunkan mereka, aku mendengar langkah kaki menuju jenazah anakku. Dia menyibak kain penutupnya dan tersenyum sinis. Aku mendongakkan kepalaku, dan dengan mataku yang samar oleh air mata aku melihat garis wajah yang kukenal.
"Kania?""Mas Har, kau ... !""Kau ... kau bunuh anakmu sendiri, Kania!""Iya? Dia..dia . Iya?" serunya getir menunjuk jenazah anakku."Ya, dia Iya kita. Iya yang ingin jadi pemain bola jika sudah besar.""Tidak ... tidaaak ... " Kania berlari ke arah jenazah anakku. Diguncang tubuh kaku itu sambil menjerit histeris. Seorang petugas menghampiri Kania dan memberikan secarik kertas yang tergenggam di tangannya waktu dia diturunkan dari tiang gantungan. Bunyinya "Terima kasih Mama." Aku baru sadar, kalau dari dulu Kamila sudah tahu wanita itu ibunya.

Setahun lalu, Sejak saat itu istriku gila. Tapi apakah dia masih istriku. Yang aku tahu, aku belum pernah menceraikannya. Terakhir kudengar kabarnya dia mati bunuh diri. Dia ingin dikuburkan di samping kuburan anakku, Kamila. Kata pembantu yang mengantarkan jenazahnya padaku, dia sering berteriak, "Iya sayaaang, apalagi yang pecah, Nak." Kamu tahu Kania, kali ini yang pecah adalah hatiku.

Rrgds,
Vanny - Mama Velicia & Viola

Friday, November 09, 2007

Pelajaran buat para suami...

Umar lagi asik-asiknye nonton bola depan tipi, tau-tau bininye nyelonong: "Bang, lampu teras putus, tolong gantiin ame yang baru dong!" "Masang lampu ?!!!, lu kire gue PLN apah...!!!" saut Umar enteng.
"Ya udeh kalo kaga mau, benerin aje keran kamar mandi, itu tuh aernya ampe luber-luber" "Benerin keran ?!!!, lu kire gue PAM kali...!!!" "Ya udeh, kalo lu pegi beli rokok ke warung aje gue nitip minyak" "Lu kagak bisa liat orang lagi enak nonton kali ye,lu kire gue PERTAMINEEE. ..!!!" Umar sewot.
Lantaran berasa digangguin terus, Umar ngeloyor ke rumah tetangge, balik- balik jem 2. Tapinye Umar kaget lantaran terasnye udah terang. Terus Umar ke kamar mandi, aer udah kaga luber-luber; ke dapur jerigen minyak juga udah full tenk.
Paginye Umar nanya ame bininye: "Lu minta tulung ame siape...?" "Gini bang, abis abang minggat, gue nangis di teras. Terus ade cowok ganteng lewat nanyain gue. Gue cerite ape adenye,juga soal abang nyang sewot. Terus die nawarin buat ngebantuin, tapi ada syaratnye."
"Ape syaratnye... ?" Umar pingin tau. "Syaratnye bisa pilih, gue bikinin die roti atawa tidur ame die" "Terus yg pasti elu bikinin die roti kan ...?" Umar ngedesek.
"Bikinin roti ?!!! .. Lu pikir gue DUNKIN' DONUTS apee...?!!!"

Berawal dari Sebuah Sapaan ...

"Ga usah" jawaban bersahabat dari seorang kenek bis kota kampus itu terus terang menghadirkan tanda tanya dalam hatiku "kenapa dia tidak mau menerima ongkos itu ?". Turun di terminal, sobatku yang talkactive itu memulai aksi yang baru, menghampiri gerobak pedagang air tebu. Bapak itu buru-buru menyodorkan segelas air tebu es kepadanya, padahal dia belum meminta. Rupanya si bapak sudah melihat kedatangannya dari jauh.
Bukan hari ini saja, seakan-akan setiap hari selalu ada orang baik untuknya. Kemaren, ketika dia asyik berceloteh dengan teman-teman sewaktu jam istirahat, seorang ibu yang biasa mengusung dagangannya dari blok ke blok kelas kuliah memanggilnya. Dengan gembira dia kembali, "nih satu buat kamu" sambil membawa dua bungkus tahu isi, "dikasih si Ibu" lanjutnya sambil tersenyum kepada si Ibu yang juga tersenyum dengan bahagia.
Belum lagi, minggu yang lalu dia sukses memindahkan sepiring sate dosen ke tangannya. Aku berusaha sekuat tenaga menyibak kekuatan yang dimilikinya. Sobatku itu seorang yang sederhana, tidak kaya, tidak cantik, tidak terlalu berprestasi. Hanya satu kelebihannya yang tidak dimiliki orang lain. Ya.. aku mulai menyadari. Kelebihan itu juga tidak ada padaku. Dia sangat hobby menyapa orang lain yang berlanjut dengan obrolan.
Anehnya, dia tidak pernah kehabisan bahan. Dari terminal sampai kampus, sang kenek seakan mendapat tambahan semangat ketika dia ajak ngobrol. Begitu juga wajah pedagang tebu ketika dia bertanya tentang keadaan isteri dan anak-anaknya.
Aha ! aku juga baru tahu kenapa si ibu rela memberikan tahu cuma-cuma untuknya. Karena sifatnya yang ramah, dia tidak saja punya teman sesama fakultas, tapi juga dari fakultas lainnya. Merekalah yang "dipaksa"nya untuk membeli dagangan si ibu. Masih dengan rasa penasaran, kucoba bertanya kepada kenek bis yang selalu memberi gratisan kepadanya "ga rugi tuh ?". Sungguh terperanjat aku mendengar jawaban kenek itu "Wah, ga sebanding mba dengan jajan yang selalu diberinya untukku".
Aku tidak mencoba bertanya lebih jauh kepada pedagang air tebu, karena aku sudah menemukan jawabannya. Seperti kata seorang guru "Orang mendapatkan bukan dari apa yang dimintanya tapi dari apa yang diberikannya." Yah, sobatku melakukannya dengan tulus dan suka cita. Keramahtamahan dan kemuliaan budinya langsung dibalas Allah lewat kasih sayang hamba-hamba-Nya yang lain. Semuanya berawal dari sebuah sapaan.

Sumber: Unknown (Tidak Diketahui)

Friday, September 28, 2007

Kita Tidak Hidup Sendiri di Dunia Ini

Tahun itu musim dingin di New York city berlangsung lebih lama, hingga menjelang akhir bulan april. Sebagai wanita tunanetra yang hidup seorang diri, aku cenderung menghabiskan sebagian besar waktuku di dalam rumah.
Akhirnya suatu hari hawa dingin itu lenyap dan musim semi datang menggantikannya, memenuhi udara dengan keharuman semerbak yang menggembirakan. Di luar jendela pekarangan belakang rumahku, seekor burung kecil yang ceria berkicau tak henti-henti, seakan-akan memanggilku untuk ke luar rumah.
Mengingat cuaca bulan april yang tak bisa diduga, aku tetap mengenakan mantel musim dinginku, tapi aku tidak mengenakan syal wol, topi, dan sarung tangan. Dengan membawa tongkat tiga kaki, aku keluar dengan gembira ke berandaku yang langsung menghadap ke trotoar. Sambil mengangkat wajah ke arah matahari, kuberikan senyum penyambutan atas kehangatan yang dijanjikannya.
Ketika aku menyusuri jalanan buntu yang tenang di depan rumah, tetangga sebelahku berseru menyapa, "Halo," dan menanyakan apakah aku perlu tumpangan ke tempat tujuanku. "Ticlak, terima kasih," jawabku. "kakiku sudah cukup beristirahat sepanjang musim dingin, dan sendi-sendiku sudah perlu dilatih lagi, jadi aku mau jalan kaki saja."Sampai di sudut jalan, sebagaimana kebiasaanku, aku menunggu seseorang menawarkan untuk menyeberang bersama-sama, tapi saat itu lampu berubah hijau. Rasanya lama sekali, lebih lama dari biasa, menunggu suara lalu lintas berhenti, tapi belum ada juga yang menawarkan untuk menyeberang. Sambil berdiri dengan sabar, aku mulai menyenandungkan nada-nada yang kuingat. Lagu penyambutan atas musim semi yang pernah kupelajari di sekolah, semasa kecil.
Sekonyong-konyong sebuah suara maskulin yang enak didengar berbicara. "Kedengarannya Anda orang yang sangat ceria," katanya. "Bolehkah saya mendapat kehormatan menyeberang jalan bersama Anda?" Merasa tersanjung oleh sikapnya yang sangat sopan, aku mengangguk dan tersenyum, sambil mengucapkan "Ya" dengan sangat pelan.
Dengan lembut pria itu memegang lengan atasku. Bersama-sama kami melangkah turun dari trotoar. Sambil menyeberangi jalan dengan perlahan-lahan, kami bercakapcakap tentang topik yang paling sederhana-cuaca-dan tentang betapa senangnya bisa menikmati hari seperti ini. Sementara melangkah bersama-sama, sulit untuk menentukan siapa yang dibimbing melangkah dan siapa yang membimbing.
Baru saja kami sampai di seberang, klakson-klakson mulai berbunyi tak sabar, menandakan lampu sudah berubah hijau lagi. Kami berjalan beberapa langkah lagi menjauhi jalanan. Lalu aku berbalik kepada pria itu, bersiap-siap mengucapkan terima kasih atas bantuan dan keramahannya. Tapi sebelum aku sempat membuka suara, pria itu sudah lebih dulu berkata, "Mungkin Anda tidak menyadari, betapa menyenangkan bagi saya yang tunanetra ini untuk mendapat kawan menyeberang yang ceria seperti
Anda."

Aku tak pernah melupakan hari musim semi yang istimewa itu.

Charlotte Wechsler

Catatan :
Kadang-kadang, saat kita merasa sangat kesepian di alam semesta ini, Tuhan mengirimkan seorang "kembaran" - cerminan diri - untuk meredam dan meredakan perasaan berbeda dan keterasingan kita.

(taken from small miracles by Yitta Halberstam dan Judith Leventhal)

Mengapa Film2x Ini Tidak Mendapatkan Oscar ?






Cerita Tentang Seorang Ayah dan Anak Gadisnya

ssstt.. bacanya jgn terlalu serius ya..!!!
Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah, yaa..mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putri nya...
Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya.. perlahan dia mulai membuka surat itu...
--Ayah tercinta, Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda. Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
----Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
ps: Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan dari pada nilai Rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya...Aku tidak kemana2, saat ini aku ada ditetangga sebelah.

Thursday, September 27, 2007

Napi

Seorang napi baru kabur dari penjara setelah dipenjara 15 tahun. Dalam perjalanan kabur, dia menemui sebuah rumah dan mendobrak masuk ke dalamnya untuk mencari uang dan senjata. Tetapi yang ditemukan hanya sepasang suami istri muda yang sedang tidur di atas ranjang. Napi itu memerintahkan yg laki2 turun dari ranjang dan mengikatnya dikursi. Kemudian sambil mengikat yg perempuan ke ranjang, napi itu mencium lehernya, lalu bergegas ke kamar mandi. Sementara si napi berada di kamar mandi, sang suami berbisik ke istrinya: "Ma, org ini napi yg kabur dr penjara, lihat saja baju yg dipakai, dia mungkin sudah lama dipenjara dan belom pernah melihat wanita dalam waktu lama. Aku lihat bagaimana tadi dia mencium lehermu. Jika dia ingin berhubungan seks denganmu, jgn tolak, jgn mengeluh, lakukan sesuai keinginan dia, berikan kepuasan. Orang ini berbahaya, jika marah, dia bisa membunuh kita. Jadi bertahanlah sayang.. Aku mencintaimu.." Balas sang istri, "Dia tidak mencium leherku. Tapi dia berbisik ke telingaku. Dia bilang dia homo dan menurutnya kamu seksi sekali dan bertanya apa kita ada krim di kamar mandi. Bertahanlah sayang. Aku mencintaimu juga..."

Mengukur Ketinggian Dengan Barometer

Cerita berikut berkisar sekitar salah satu pertanyaan dalam ujian fisika di Universitas Copenhagen: "Jelaskan bagaimana menetapkan tinggi suatu bangunan pencakar langit dengan menggunakan sebuah barometer." Salah seorang mahasiswa menjawab: "Ikatlah suatu tali panjang pada leher barometer, lalu turunkan barometer dari atap pencakar langit sampai menyentuh tanah. Panjang tali ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi pencakar langit."
Jawaban yang luar biasa orisinilnya ini membuat pemeriksa ujiannya begitu geram sehingga akibatnya sang mahasiswa langsung tidak diluluskan. Si mahasiswa naik banding atas dasar bahwa jawabannya tidak bisa disangkal kebenarannya, sehingga universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk memutuskan kasusnya. Arbiter menyatakan bahwa jawabannya memang betul2 benar, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahannya, disepakati bahwa sang mahasiswa akan dipanggil, serta akan diberikan waktu enam menit untuk memberikan jawaban verbal yang menunjukkan paling tidak sedikit latar belakang pengetahuannya mengenai prinsip2 dasar ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa duduk terpekur, sampai dahinya terlihat berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah sangat terbatas, yang mana sang mahasiswa menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai. Saat diingatkan hakim untuk ber-buru2, sang mahasiswa menjawab sbb:
"Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap pencakar langit. Lemparkan melewati pinggir atap, dan ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa dihitung dari rumus H = 0.5g x t pangkat 2. Tetapi ya sayang barometernya."
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi barometer, tegakkan diatas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya. Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk menetapkan ketinggian pencakar langitnya."
"Tapi kalau anda betul2 ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seolah pendulum, pertama di permukaan tanah kemudian saat diatas pencakar langit. Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan gravitasi T = 2 pi akar dari (l/g)."
"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat yang eksternal, akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya barometer sebagai satuan ukuran pada dinding bangunan, sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada dinding pencakar langit."
"Bila anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya anda akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan: 'Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik, saya akan memberikannya pada anda jika anda memberitahukan ketinggian pencakar langit ini."
Mahasiswa tersebut adalah NIELS BOHR, satu-satunya warga Denmark yang memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika.

Wednesday, September 26, 2007

Mas Parno Si Tukang Bohong

Mas Parno adalah seseorang dengan kepribadian yang aneh sekali.
Dia suka sekali berbohong. Ia selalu berkata bohong selama 6 hari dalam 1 minggu.
Tapi anehnya pada hari yang ketujuh ia selalu berkata jujur.
Berikut ini pernyataan-2xnya di hari-2x yang lalu :
Hari pertama : "Saya selalu berbohong pada hari Senin & Selasa"
Hari kedua : "Hari ini adalah hari Kamis, Sabtu, atau hari Minggu"
Hari ketiga : "Saya selalu ngibul di hari Rabu dan Jum'at"

Pertanyaanya :
Sebetulnya pada hari apa si Mas Parno ini berkata jujur ?

Bohlam Lampu

Sebuah bohlam lampu tergantung di ruang belakang.
Diruang tengah ada 3 buah on-off switch yang terkoneksi ke lampu tersebut.
Awalnya ketiga switch tersebut dalam kondisi off dan bola lampu dalam kondisi tidak menyala.
Pertanyaannya :
Jika hanya diijinkan mengecek 1 kali ke ruang belakang untuk melihat kondisi lampu menyala atau tidak (cahaya lampu tidak dapat dilihat dari ruang tengah), bagaimana caranya memastikan salah satu switch yang benar yang terkoneksi ke lampu tersebut pada saat kita kembali ke ruang tengah?

Teka Teki Gerbong Kereta Api

Dibawah ini anda bisa lihat trek lintasan Kereta Api (KA) dengan 2 gerbong (biru dan hijau) dan 1 lokomotif (merah).
Gerbong KA masing2x panjangnya 5m sedangkan lokomotif 10m.
Jarak ujung rel bawah kiri dengan persimpangannya hanya 5m (jadi lokomotif tidak dapat pindah trek pada rel bawah kiri).
Jarak ujung rel bawah kanan dengan persimpangannya adalah 15m.
Lokomotif dapat bergerak maju ataupun mundur dan juga dapat mendorong ataupun menarik gerbong.


Pertanyaanya :
Bagaimana caranya agar kedua gerbong dapat saling berpindah posisi dan lokomotif kembali pada posisinya semula ?

Monday, September 24, 2007

Study Kasus Dalam Lift

Jika suatu waktu Anda berada dalam lift, silahkan amati kejadian-kejadian unik ini:
- Jika hanya ada dua orang dalam lift, mereka biasanya bersandar pada dinding lift.
- Jika ada empat orang, keempat sudut lift akan ditempati.
- Namun jika penumpang lift mencapai 5 atau 6 orang, semuanya akan mulai menuruti aturan ini:
- Semua akan memandang pintu lift.
- "Mereka menjadi semakin tinggi dan kurus," sebagaimana dilukiskan oleh psikolog Layne Longfellow. "Lengan dan tas tangan akan diletakkan di depan tubuh. Mereka tidak akan berdiri sangat dekat sehingga tubuh mereka saling menyentuh kecuali tentunya jika lift mulai sesak. Kalaupun demikian, biasanya mereka hanya menyentuh bahu atau lengan atas orang lainnya."
- Ada juga kecenderungan untuk menatap indikator pintu penunjuk lantai.
Jika Anda tidak percaya bahwa ini adalah aturan lift "standar" (yang nyaris keramat), silahkan coba ini:
Berjalanlah masuk ke dalam lift yang penuh, jangan berbalik dan menatap pintu. Berdiri saja sambil menatap orang-orang lainnya. Jika Anda ingin menciptakan suasana sedikit tegang, menyeringailah. Besar kemungkinan orang-orang lain akan menatap Anda dan tampak ketakutan.
Salah seorang yang pernah mencoba hal ini mendengar bisikan dari deretan belakang dalam lift tersebut: "Cepat telepon 911. Ada orang edan di sini". Ketika saya menceritakan hal ini pada putra saya, yang pada waktu itu masih mahasiswa psikologi di University of Texas, dia menyatakan ketidakpercayaannya, "Sungguhkan demikian? Akan saya tanyakan hal ini pada profesor saya."
Seminggu kemudian, ia menelepon kembali dengan gembira, "Ayah, ternyata betul! Saya ceritakan hal itu pada profesor dan kami memutuskan untuk membuat eksperimen mengenainya pada lift-lift di gedung perkantoran di sini. Kami membuat banyak orang takut !" Alasannya? Karena mahasiswa-mahasiswa itu telah melanggar aturan dari etiket dalam lift. Anda mau mencobanya? He..he..he..
(Penulis asli tidak diketahui)

Friday, September 07, 2007

lukas



starring makhluk pluto

Thursday, August 23, 2007

Hani: Hasrat, Komitmen, dan Keberanian

Oleh: Ang Tek Khun *

Namanya Hani. Hani Irmawati. Ia adalah gadis pemalu, berusia 17 tahun. Tinggal di rumah berkamar dua bersama dua saudara dan orangtuanya. Ayahnya adalah penjaga gedung dan ibunya pembantu rumah tangga. Pendapatan tahunan mereka, tidak setara dengan biaya kuliah sebulan di Amerika.

Pada suatu hari, dengan baju lusuh, ia berdiri sendirian di tempat parkir sebuah sekolah internasional. Sekolah itu mahal, dan tidak menerima murid Indonesia. Ia menghampiri seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sana. Sebuah tindakan yang membutuhkan keberanian besar untuk ukuran gadis Indonesia.

"Aku ingin kuliah di Amerika," tuturnya, terdengar hampir tak masuk akal. Membuat sang guru tercengang, ingin menangis mendengar impian gadis belia yang bagai pungguk merindukan bulan.

Untuk beberapa bulan berikutnya, Hani bangun setiap pagi pada pukul lima dan naik bis kota ke SMU-nya. Selama satu jam perjalanan itu, ia belajar untuk pelajaran biasa dan menyiapkan tambahan pelajaran bahasa Inggris yang didapatnya dari sang guru sekolah internasional itu sehari sebelumnya. Lalu pada jam empat sore, ia tiba di kelas sang guru. Lelah, tapi siap belajar.

"Ia belajar lebih giat daripada kebanyakan siswa ekspatriatku yang kaya-kaya," tutur sang guru. "Semangat Hani meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasanya, tetapi aku makin patah semangat."

Hani tak mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan beasiswa dari universitas besar di Amerika. Ia belum pernah memimpin klub atau organisasi, karena di sekolahnya tak ada hal-hal seperti itu. Ia tak memiliki pembimbing dan nilai tes standar yang mengesankan, karena tes semacam itu tak ada.

Namun, Hani memiliki tekad lebih kuat daripada murid mana pun. "Maukah Anda mengirimkan namaku?" pintanya untuk didaftarkan sebagai penerima beasiswa.

"Aku tak tega menolak. Aku mengisi pendaftaran, mengisi setiap titik-titik dengan kebenaran yang menyakitkan tentang kehidupan akademisnya, tetapi juga dengan pujianku tentang keberanian dan
kegigihannya," ujar sang guru.

"Kurekatkan amplop itu dan mengatakan kepada Hani bahwa peluangnya untuk diterima itu tipis, mungkin nihil."

Pada minggu-minggu berikutnya, Hani meningkatkan pelajarannya dalam bahasa Inggris. Seluruh tes komputerisasi menjadi tantangan besar bagi seseorang yang belum pernah menyentuh komputer. Selama dua minggu ia belajar bagian-bagian komputer dan cara kerjanya.

Lalu, tepat sebelum Hani ke Jakarta untuk mengambil TOEFL, ia menerima surat dari asosiasi beasiswa itu. "Inilah saat yang kejam.
Penolakan," pikir sang guru. Sebagai upaya mencoba mempersiapkannya untuk menghadapi kekecewaan, sang guru lalu membuka surat dan mulai membacakannya: Ia diterima! Hani diterima ....

"Akhirnya aku menyadari bahwa akulah yang baru memahami sesuatu yang sudah diketahui Hani sejak awal: bukan kecerdasan saja yang membawa sukses, tapi juga hasrat untuk sukses, komitmen untuk bekerja keras, dan keberanian untuk percaya akan dirimu sendiri," tutur sang guru menutup kisahnya.

* * *

Kisah Hani ini diungkap oleh sang guru bahasa Inggris itu, Jamie Winship, dan dimuat di buku "Chicken Soup for the College Soul", yang edisi Indonesianya telah diterbitkan.

Tentu kisah ini tidak dipandang sebagai kisah biasa oleh Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Kimberly Kirberger, dan Dan Clark. Ia terpilih diantara lebih dari delapan ribu kisah lainnya. Namun, bukan ini yang membuatnya istimewa.

Yang istimewa, Hani menampilkan sosoknya yang berbeda. Ia punya tekad. Tekad untuk maju. Maka, sebagaimana diucapkan Tommy Lasorda, "Perbedaan antara yang mustahil dan yang tidak mustahil terletak pada tekad seseorang."

Anda memilikinya?

*) Ang Tek Khun, Kolomnis Pembelajar.Com

Stella Award

Sebuah penghargaan bernama Stella Award diberikan untuk gugatan paling "main-main" di AS. Mereka mendapat ganti rugi besar justru karena ulah dan kekonyolannya sendiri. Dan pemenangnya adalah yang paling gila dan nekat!

Stella Award juga sebagai penghargaan untuk para juri di negara tersebut. Nama Stella Award sendiri berasal dari Stella Liebeck. Nenek berusia 81 tahun ini menumpahkan kopi yang dibelinya di McDonald ke dirinya sendiri. Liebeck menggugat McDonald dan dinyatakan menang. Kasus Stella mengilhami pemberian penghargaan ini. Penghargaan ini juga disponsori oleh organisasi pengacara AS

Para kandidat untuk Stella award tahun ini adalah:

Kandidat pertama, Kathleen Robertson dari Texas. Robertson memenangkan ganti rugi dari dewan juri sebesar AS$780.000 setelah ia menggugat sebuah toko furnitur. Robertson menggugat toko itu karena pergelangan kakinya patah setelah tersandung anak laki-laki yang berlarian di dalam toko tersebut. Pemilik toko furnitur sangat terkejut terhadap isi putusan tersebut, mengingat anak lelaki yang "badung" itu adalah anak kandung Robertson sendiri.

Kandidat kedua adalah Carl Truman dari Los Angeles. Pria berusia 19 tahun ini memenangkan ganti rugi sebesar AS$74.000 dan biaya perawatan kesehatan setelah tetangganya melindas tangannya dengan Honda Accord. Truman tampaknya tidak menyadari bahwa tetangga pemilik Accord tersebut sedang berada di balik setir mobil itu ketika Truman berusaha mencuri velg mobil tersebut.

Kandidat nomor tiga adalah Terrence Dickson dari Bristol, Pennsylvania. Dickson sedang berusaha meninggalkan rumah yang baru saja ia rampok dengan melewati pintu garasi. Namun, ia tidak bisa membuat pintu garasi otomatis itu membuka ke atas karena pintu itu sedang rusak. Dickson juga tidak bisa kembali ke rumah itu. Karena ketika ia menutup pintu yang menghubungkan garasi dengan rumah, pintu itu terkunci secara otomatis. Karena keluarga pemilik rumah sedang berlibur, Dickson terkunci di garasi selama delapan hari dan bertahan hidup dengan meminum Pepsi dan sekantung besar makanan anjing yang ia temukan di garasi. Dickson--sang maling apes itu--menggugat asuransi pemilik rumah dan mengklaim bahwa kejadian itu mengakibatkan ia menderita gangguan mental yang hebat. Dewan juri sepakat untuk memberi Dickson AS$500.000.

Kandidat keempat adalah Jerry Williams dari Little Rock, Arkansas. Ia memenangkan ganti rugi AS$14.500 dan biaya perawatan ke sehatan setelah bokongnya digigit oleh anjing tetangga. Anjing itu sendiri terantai di teras tetangganya. Award tersebut layak untuk diberikan kepada Williams. Juri berpendapat bahwa anjing tersebut mungkin sedikit terpengaruh oleh tindakan William yang saat itu menembaki anjing itu dengan senapan angin berkali-kali.

Kandidat kelima adalah Amber Carson dari Lancaster, Pennsylvania. Sebuah restoran di Philadelphia diperintahkan untuk membayar pada Carson sebesar AS$113.500 setelah ia terpeleset genangan minuman ringan yang menyebabkan tulang lengannya patah. Minuman itu bisa berada di lantai karena Carson melempar minuman itu pada pacarnya ketika bertengkar 30 menit sebelumnya.

Kandidat nomor enam adalah Kara Walton dari Delaware. Walton sukses menggugat sebuah night club ketika ia terjatuh ke lantai dari jendela WC umum night club tersebut. Kejadian itu menyebabkan patahnya dua gigi depan Walton. Kejadian itu terjadi ketika ia mencoba menyelinap melalui jendela WC demi menghindari membayar cover charge sebesar AS$3.50. Ia dianugerahi ganti rugi sebesar AS$12.000 dan biaya perawatan gigi.

Dan pemenangnya adalah Merv Grazinsky dari Oklahoma City. Pada November 2001, Grazinsky membeli sebuah mobil caravan Winnebago sepanjang sekitar 9 meter. Dalam perjalanan pertamanya menuju rumah, ia melewati jalan tol, menyetel radio sambil menyetir dengan kecepatan pada 70 mph. Lalu dengan santai, Grazinsky meninggalkan kursi supir ke belakang untuk membuat secangkir kopi. Tidak mengherankan, kendaraan itu keluar dari jalan tol, menabrak, dan terguling. Grazinsky menggugat Winnebago karena tidak menyebutkan dalam buku petunjuk bahwa kendaraan itu tidak bisa melakukan hal tersebut. Ia mendapat ganti rugi sebesar AS$1.750.000 plus sebuah Winnebago baru. Akibat kasus ini, Winnebago akhirnya mengubah buku petunjuknya.

Dengan aksi "nyleneh"-nya, Grazinsky jadi kaya raya. Padahal, ulahnya bisa membahayakan pengemudi lain di jalan tol. Entah, bagaimana jadinya jika Grazinsky melakukannya di jalan tol Jagorawi. Atau jika ada perampok apes seperti Dickson di Indonesia, bisa-bisa sudah bonyok duluan.

Monday, August 13, 2007

Diofantus

Pada akhir masa Yunani, hiduplah Diofantus. Ia memperoleh julukan Bapak Aljabar karena dianggap sebagai orang pertama yang merumuskan pemikirannya secara singkat dan sistematis dengan menggunakan lambang pemikirannya sendiri. Hingga kini, tak ada informasi pasti mengenai masa hidupnya, kecuali usia Diofantus yang dituliskan oleh pemujanya dalam bentuk teka-teki.
Masa muda Diofantus 1/6 hidupnya. Setelah bertambah 1/12-nya, ia mulai berjenggot, setelah 1/7-nya lagi, Diofantus menikah. Lima tahun setelah pernikahannya tersebut, ia dikarunia seorang anak. Anak itu hidup tepat ½ hidup ayahnya, dan Diofantus meninggal empat tahun sesudah anaknya.
Berapakah umur Diofantus ketika meninggal?

Teka Teki

Buat yang seneng coba-coba, nih ada teka teki, udah pernah dapet??
Teka-teki ini tidak mengandung trik, hanya murni logika!

Ada 5 buah rumah yang masing2 memiliki warna berbeda. Setiap rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaaan yang berbeda-beda. Setiap penghuni menyukai satu jenis minuman tertentu, merokok satu merk tertentu dan memelihara satu jenis hewan tertentu. Tidak ada satupun dari kelima orang tersebut yang minum minuman yang sama, merokok merk rokok yang sama dan memelihara hewan yang sama seperti penghuni lain.

Pertanyaannya : siapakah yang memelihara ikan ?

Petunjuk :
Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah. Orang swedia memelihara anjing. Orang Denmark senang minum teh. Rumah bewarna hijau terletak tepat di sebelah kiri rumah bewarna putih. Penghuni rumah bewarna hijau senang minum kopi. Orang yang meroko Pallmall memelihara burung. Penghuni rumah yang terletak di tengah-tengah senang minum susu. Penghuni rumah bewarna kuning merokok Dunhill. Orang Norwegia tinggal di rumah paling pertama. Orang yang merokok Marlboro tinggal di sebelah orang yg memelihara kucing. Orang yang memelihara kuda tinggal di sebelah orang yang merokok Dunhill. Orang yang merokok Winfield senang minum bir. Di sebelah rumah bewarna biru tinggal orang Norwegia. Orang Jerman merokok Rothmans. Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.

Albert Einstein menyusun teka-teki ini abad yang lalu...dia menyatakan 98% penduduk di dunia tidak mampu memecahkan teka-teki ini.

Apakah anda termasuk yang 98% ?

Matematika

Siapa bisa jelaskan realita ini...??!



Mobil Dijual
(SOLD / TERJUAL, Terima Kasih)

Dijual Peugeot 406 MT ST Lemans th 97 bulan Juni (pajak s/d Juni 2008). Velg Racing compomotive asli Peugeot R-16, Radio CD Pioneer, Fog lamp, Jok kulit asli, AC dingin sekali, hijau metalik, mulusss, km 141 rb, timing belt & fan belt baru, baru ganti oli (shell), 4 ban Pirelli 80%.
Hub: 92842824 (esia)/0811-9693707