Sunday, October 16, 2011

Cozy Corner Singapore

Kira-kira 1,5 bulan sejak kami berpetualang ke Hongkong-Makau, kami berangkat lagi ke Singapore selama 5 hari 4 malam sebagai tujuan liburan berikutnya. Wah, hebat ya.. liburan terus... hehe.. iya..!!

Saya memang tidak kuasa mengerem keinginan untuk travelling bila ada big promo dari Air Asia. Disamping juga, mungkin sudah waktunya me-remind kepala anak-anak mengenai kota tempat studi-nya kelak nanti itu (cita-cita ortu)... :-)
Kami dapat tiket pulang-pergi ber-4 untuk flight Jakarta-Singapore-Jakarta, Rp 1.136.000,- sudah termasuk bagasi 15kg PP.
Nah, bagaimana dengan penginapannya..? Ini yang bikin pusing. Beberapa teman-teman dikantor berkeinginan untuk jalan bareng dengan keluarganya masing-masing ikut dengan schedule kami. Total yang berangkat jadinya 15 orang. Wah...
Mereka ambil tiket belakangan setelah tahu saya ada rencana jalan lagi ke Singapura. Jadi bro and sista jangan berkhayal bisa dapat tiket super murah di keberangkatan yang sama untuk 15 orang sekaligus ya..! Kami ber-4 bisa dapat sangat murah, tapi seandainya ticket bookingnya ditambah lagi 2 orang saja (jadi 6 orang) pada waktu itu, kemungkinan klik di Air Asia tidak akan dapat lagi price level seharga kami yang ber-4 tadi. Jadi ada quota seat promonya di setiap penerbangan. Itu dari pengalaman saya..

Saya sih maunya stay di Ali's Nest seperti tempat kami dulu itu, tapi sepertinya untuk menampung 15 orang sekaligus dengan keinginan keluarga masing-masing (4 family) untuk ambil yang private room.. wah apa bisa di Ali's Nest..? Lagi pula, ada yang gak setuju kalau di Ali's Nest, hehe...
Setelah cari-cari dari beberapa referensi, akhirnya saya putuskan ambil di Cozy Corner, penginapan backpackers yang murah meriah di daerah Bugis. Referensinya sih, tempat ini gak terlalu bagus, agak kotor, dsb. Yah, apa boleh buat, kantong saku belakang tidak tebal, harus hemat, dan tetap harus punya semangat backpackers sejati kemanapun kami travelling, hehe...
Saya booked untuk 1 private room seharga sgd 50 (± 350rb) permalamnya. Kamarnya sangat sederhana, cukup bersih, AC tidak terlalu dingin, tempat tidur agak sempit untuk kami ber-4, dan dapatnya dilantai 3. It's not a big deal untuk kami.. gak masalah. Cuma memang saya agak kurang sreg dengan bathroom dan WC-nya. Hostel ini cukup ramai tamunya. Hampir semua kamar (private maupun dorm room) penuh terisi. Bahkan dilantai atas (juga dilantai 3) ada bunk bed yang terbuka (ada di ruang terbuka). Ya, tempat tidur tingkatnya ada di roof top yang biasanya jadi tempat untuk menjemur pakaian. Jadi yang ambil bunk bed disitu harus siap-siap digigitin nyamuk-nyamuk nakal dan tidur dibuai oleh hembusan angin malam langsung. Tidak ada pintu atau sekat-sekat. Siapa yang lewat disitu bisa melihat kita tidur dengan nikmatnya dengan sarung bawaan kita masing-masing :-))
Ya begitulah...pemilik Cozy Corner memaksimalkan space yang ada untuk bed yang bisa disewakan. Perempuan juga ada lho yang tidur di bunk bed roof top itu! Muantaap, hehe...
Walau begitu, saat kami stay disana, tamunya sepertinya full di semua space yang ada. Karena itulah, bathroom biasanya harus mengantre. Tapi yang bikin minus menurut saya adalah frekuensi cleaning schedule dari petugas kebersihannya yang kurang berimbang dengan jumlah tamunya. Kesan agak jorok memang jadinya terblow up seperti ditulis di forum-forum travelling oleh mereka-mereka yang pernah menginap disana.
Umumnya yang menginap disitu adalah para backpackers muda dari manca negara; Eropa, US, Aussie, Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara sekitar S'pore seperti Philipines, Malaysia, dan juga ya kita-kita ini lah... Waktu itu cuma kami saja yang bawa anak-anak stay disana. Karena kami berombongan, pemiliknya gak ada komplain mengenai loading per kamar seperti kami ini (4 orang di 1 kamar). No additional charge. Seharusnya sih memang begitu, karena tertulis di websitenya; memang ratenya adalah per room basis, bukan per kepala (kecuali untuk kamar dormitory, kalau itu dihitung harga per bed-nya).

Sgd 50 itu sudah termasuk breakfast ya.. bread dengan selai strawberry dan mentega. Ada alat pemanggangnya. Juga teh atau kopi, self service, bikin sendiri, juga cuci sendiri piring dan gelas kotornya. Ya, rata-rata di backpackers hostel ya begitu rule-nya. Sebisa mungkin self service, dikerjakan sendiri dan dikembalikan sendiri seperti ke kondisi semula sebelum dipakai.
Tapi untuk yang WC dan kamar mandi apa iya kita sendiri yang bersihkan..?! Hiii...
Tambahan info lagi, wifi gak ada ya..! Komputer untuk browsing disediakan 3 unit di lantai 2. Itu saja, jadi harus antri panjang! Jam operasinya pun dibatasi hanya sampai pk 11 malam saja.
Nilai plus hostel ini adalah tempatnya yang sangat strategis di daerah bugis, just berada diseberangnya Bugis Junction! Mau naik MRT ataupun bus jadi sangat mudah. Bahkan halte bus stopnya cuma berjarak kira-kira 15 meter dari pintu Cozy Corner.

Well, begitulah Cozy Corner...
Selanjutnya saya akan coba split postingan berikutnya berdasarkan tempat-tempat yang kami kunjungi selama ke Singapura kali ini. Gak sangka juga ya, saya sudah 3 kali bawa orang rumah melancong ke Singapore. Bagaimana dengan anda..?!
:-)

To be continued...









Saturday, October 15, 2011

Esplanade dan Helix Bridge

Dari Cozy Corner kira-kira berjalan kaki sekitar 15~20 menit anda sudah bisa sampai di Merlion Park. Merlion Park apa ya? Itu lho, tempatnya patung kepala singa ikon kota Singapura. Gak perlu diceritakan ya mengenai ini, lihat aja postingan sebelumnya dalam category link "liburan ke Singapore" yang ada di side bar blog ini.
Untuk menuju ke Merlion Park dengan berjalan kaki dari hostel, semestinya kita akan melewati lorong under pass yang tembusnya di Esplanade. Sebetulnya tempat apa sih Esplanade itu?
Esplanade adalah gedung theatre tempat pentas pertunjukan seni yang terkenal di Singapura atau bahkan untuk kawasan Asia. Silahkan cek di website-nya aja langsung untuk mengetahui event apa yang sedang show disana. Disamping pertunjukan theatrical, digedung itu juga sering dipamerkan berbagai art exhibition seperti lukisan, seni instalasi, dsb.
Jadi apa yang bisa dilihat disana? Well, ya itu tadi... gak jauh dari bidang seni!
Di waktu-waktu tertentu, kalau sedang beruntung, Esplanade juga suka mengadakan konser/festival musik di luar gedung durian itu. Dengan seting panggung tenda permanen open air di pinggir bay, background gedung-gedung bertingkat dan Merlion Park di kejauhan.. asyik kan.. n' so, bisa dinikmati gratis..!
Karena saya sudah beberapa kali ke Merlion Park, jadinya kepingin menelusuri jalur sightseeing yang berbeda. Kami berjalan di sepanjang sisi Esplanade dengan pemandangan Merlion di kanan dan Marina Bay di sebelah kirinya. Kebetulan waktu itu sedang ada event Youth Festival disana. Segala kreativitas anak muda Singapura di eksploitasi habis-habisan disitu. Ada juga beberapa kelompok anak muda undangan dari beberapa negara lainnya yang perform segala macam kreasi imajinasi mereka. Macam-macam ajalah kelakuan mereka... nyeleneh!
Puas nonton band, destinasi selanjutnya adalah Helix Bridge; jembatan yang menghubungkan sisi bay yang segaris dengan Esplanade itu dengan Marina Centre diseberangnya. Oya, sebelumnya isi tangki dulu di hawker centre yang berada tepat di seberang hotel Mandarin Meritus gak jauh dari si gedung durian. Gak murah amat sih, tapi tergolong ordinary lah.. dibanding kalau kita makan di cafe-cafe di Esplanade tadi.

Helix Bridge sendiri tergolong ikon baru yang langsung terkenal, diciptakan oleh pemerintah Singapura dengan cerdiknya sebagai salah satu daya tarik wisata mereka. Bentuknya yang tergolong unik seperti anyaman pilar-pilar dari baja dengan warna chrome yang menarik. Apalagi di waktu malam, ditambah dengan sinar lampu berbagai warna yang silih berganti menyoroti pilar-pilar itu, wah... pokoknya gak ada di Indonesia lah, hehe...
Jembatan ini hanya diperuntukkan untuk para pejalan kaki saja ya.. konstruksinya dibuat sedemikian rupa sehingga terlihat artistik tapi tidak terlalu rigid. Kalau ada beberapa orang dewasa yang berjalan beriringan diatasnya, jembatan itu berayun-ayun seperti seakan-akan kita berjalan di atas jembatan gantung.
Ya begitulah Helix Bridge. Asyik juga foto-foto diatasnya...


To be continued..



Seni instalasi yang terpasang di lorong under pass dan di dalam Esplanade-nya sendiri.


Esplanade si gedung durian.

Marina Bay.

Esplanade adalah theatre on the bay...

Band yang perform di panggung open air di luar si gedung durian.


The Helix Bridge. Jembatan ini diresmikan pada 24 April 2010.

View diambil dari atas Helix Bridge.

Barisan gedung-gedung dibelakang Fulerton Hotel atau Merlion Park. Foto diambil dari belakang tenda open air disamping gedung durian.


Friday, October 14, 2011

Chinatown

Kalau mau cari souvenir yang murah dan lengkap di Singapura, ya disini tempatnya..!
Saya sudah bandingkan harga-harga dari beberapa tempat di Singapura seperti Mustafa Centre, Bugis Junction, toko-toko di bawah Lucky Plaza di Orchard, di Little India, Arab Street, sampai ke sentra market di Jurong Station. China Town gak ada lawannya... Persaingan toko-toko disini cukup ketat, jadi gak ambil marjin yang lebar. Lebih murah dari tempat lainnya. So, kalau anda berniat belanja souvenir, mampir aja kesini sekalian menikmati suasana kampung cina disana. Asyik lho...
Bagaimana caranya kesini? Ah, gampang kok, naik MRT purple line turun di NE 4 Chinatown atau jalur Downtown (masih dalam tahap konstruksi saat postingan ini ditulis) turun di DT 19 Chinatown. Tapi banyak juga kok bus yang menuju kesana dari berbagai area. Datang siang atau malam sama saja menariknya. Kalau malam, lampion-lampion merah sangat menor menyemarakkan suasana.
Atmosfir pecinaan-nya sangat terasa. Disamping cari souvenir, ya hunting jajanan juga lah. Banyak juga toko obat-obatan cina tradisional. Sepertinya obat cina apa saja ada disini. Putar-putar aja dari lorong yang satu ke lorong yang lainnya. Lansekapnya hampir sama saja. Dijamin asyik lah menikmati deretan bangunan-bangunan tuanya yang relatif tetap terpelihara itu.

To be continued..



Temple Street di area Chinatown.


Banyak bangunan-bangunan yang sudah berumur.


Sgd 12/pc.




Lampion-lampion itu menyala dimalam hari.





Souvenir hunter.





Ada juga Sri Mariamman Temple (kuil Hindu paling tua di Singapura) yang berada di Temple Street, Chinatown. Kalau mau masuk kedalam, pengunjung harus melepaskan alas kaki dan membayar uang sumbangan sebesar sgd 5 perorangnya.


Ini jemuran!


Es serut dengan buah-buahan segaar, sgd 4 seporsi.


Warga setempat kayaknya nih..

Thursday, October 13, 2011

National Museum of Singapore

Beberapa kali kami pernah melewati tempat ini waktu trip ke Singapura sebelumnya. Gedungnya menarik, putih, bersih, eh ternyata itu museum ya..
Trus ngapain ke museum?
Saya sih mau hunting foto sama mau tahu isi museumnya. Sebetulnya masuk area museum ini sih free aja. Gak apa-apa kok masuk kedalam lihat-lihat. Kita baru harus beli tiketnya (sgd 10 untuk dewasa dan sgd 5 untuk anak-anak dibawah umur 18 tahun) kalau kita mau masuk ke ruangan exhibitionnya.
Trus apanya yang menarik?
National Museum of Singapore terbagi dalam ruangan-ruangan eksebisi yang permanen seperti Singapore History Gallery dan Singapore Living Gallerries (film dan wayang) juga ruangan-ruangan untuk Special Exhibition seperti pameran lukisan, dsb. Juga ada studio Chinemathequenya juga lho. Bioskop yang menayangkan film-film khusus yang berhubungan dengan sejarah atau seni budaya.
Diruangan History gallery, dipamerkan foto-foto juga benda-benda yang berhubungan dengan budaya dan sejarah Singapura. Juga ada barang-barang yang biasa dipakai oleh penduduk Singapura dari masa-masa kuno dahulu. Antik-antik lho... barang-barang yang biasa juga kita pakai dulunya seperti mainan, peralatan rumah tangga, pakaian, sampai dengan makanan dan minuman kemasan.. pasti kita juga akan menerawang memori lama kalau melihat benda-benda tersebut (khusus yang kelahiran tahun 70-an keatas ya..).
Di Living Galleries, kita bisa melihat banyak foto-foto tempo doeloe, juga cuplikan film drama dan sandiwara melayu klasik.
Museum dikelola dengan sangat baik, rapih dan terawat. Saya sebetulnya cuma ingin tahu seperti apa dalamnya, dan juga bagaimana mereka me-managenya. Iseng amat sih ya..?
Whatever lah...
Memasuki ruangan eksebisi, kita akan dipinjamkan perangkat audio khusus lengkap dengan earphone-nya. Jadi saat kita melangkah masuk, dilantai atau didekat barang yang dipamerkan ada nomor-nomornya. Kita tinggal memencet sesuai nomor tersebut di alat audio kita kalau mau tahu mengenai benda atau ruangan yang kita lihat atau masuki itu. Di earphone akan terdengar suara dalam bahasa Inggris yang menjelaskan (atau juga cuplikan suara dari suasana sebenarnya yang berhubungan dengan benda yang dipamerkan) mengenai items yang didisplay tersebut. Sebetulnya ada juga tulisan yang bisa kita baca didisplay itu, tapi kalau kita malas baca, ya pencet aja di alat audio khusus tersebut. Ini termasuk canggih juga lah menurut saya, karena di Indonesia gak ada yang begitu (bahkan Hongkong atau Jepang sekalipun).
So apa yang didapat? Disamping foto-foto ornamen gedungnya, buat saya cukup besar dampaknya untuk membuka wawasan anak-anak. Mereka jadi tahu ada sistem yang seperti itu. Si Lukas juga mengerti kok apa yang dijelaskan oleh audio di earphone-nya. Kami sedikit-sedikit berdiskusi mengenai apa saja yang baru diterangkan di earphone kami. Dia juga jadi mengerti kalau bahasa Inggris itu penting lho...

To be continued...















Wednesday, October 12, 2011

Bugis dan Arab Street

Kami belum pernah ke Arab Street di Singapura sebelumnya, tapi menurut hasil googling, tempat ini cukup menarik juga untuk di explore.
Karena kami menginap di daerah Bugis, lihat di peta sepertinya itu gak terlalu jauh tempatnya. Ternyata betul, jalan santai aja sambil lihat-lihat juga gak terasa sudah sampai di area kampung Arab. Kita akan melewati sederetan ruko-ruko yang menjual grosiran barang kebutuhan sehari-hari. Mulai alat-alat dapur sampai lauk pauk yang diawetkan seperti ikan asin! Antara Bugis dan kampung Arab, kita juga akan melewati terminal bus antar kota yang menuju kota-kota di Malaysia seperti Johor, Melaka, ataupun Kuala Lumpur, atau mungkin ada juga yang ke Thailand ya..?
Suasana atau bangunan di kampung Arab sebetulnya gak beda-beda jauh dengan perkampungan lainnya di Singapura; bangunan seperti ruko 2 atau 3 lantai. Hanya saja di kampung Arab, produk yang banyak di jual ditoko-tokonya adalah produk dari timur tengah sana seperti karpet dan permadani, juga bahan kain untuk pakaian, dsb. Restorannya juga banyak masakan dari timur tengah dan dilengkapi penghisap sisha di tiap mejanya.
Di tengah-tengah kampung Arab, ada masjid yang cukup besar, dan disekitar masjid itu kalau di bulan ramadhan seperti saat kami kesana itu, banyak penjual kue-kue tradisional dan juga makanan untuk persiapan buka puasa. Pedagang souvenir juga cukup banyak disini. Suasana di kampung Arab cukup asri, enak juga buat jalan-jalan sore sekedar sightseeing saja...
Kalau anda dirumah suka nonton TV channel "Red", salah satu iklan intermezzo tulisan "Red" dari bohlam-bohlam lampu merah yang bergantungan di tiang yang berdiri ditengah jalan itu adalah di Kampung Arab dengan latar belakang masjid itu (tapi gak terlihat karena gelap/malam hari).

To be continued...







Ini di Bugis Junction. Ada air mancurnya di luar mal. Kalau panas terik gak karuan, anak-anak gak kuasa menahan diri untuk main-main air disitu..

Trishaw disamping pasar Albert Centre di Bugis.

Pasar Albert Centre. Makanan di Hawker center-nya relatif lebih murah lho...