Monday, May 30, 2011

Keluyuran di Ho Chi Minh City

Akhirnya saya menjejakkan kaki juga dinegara komunis yang pertama saya kunjungi ini, Vietnam. Dengan tiket promo Rp 450 rb PP, Jakarta-Ho Chi Minh City-Jakarta, sama saja toh waktu tempuhnya dengan penerbangan yang lain, yaitu sekitar 2 jam 50 menit untuk one way.

So, menyiapkan pemutar musik dengan koleksi lagu-lagi sekelas audiophile adalah sangat bijaksana sekali untuk mengusir rasa bosan dipesawat yang terbang hampir selama 3 jam itu...
Kesan pertama kali mendarat di bandara Tan So Nhat, HCMC, cukup modern, bersih dan rapih, tapi tidak terlalu luas. Sepertinya ini bandara baru yang belum lama dibangun, arsitekturnya mirip Kansai airport di Osaka, Jepang

Saya tidak tahu berapa ongkos taksi atau bus dari airport ke wilayah distrik-1, pusat kota tempat penginapan-penginapan backpackers terkonsentrasi disana, karena kami dijemput dan diantar oleh family teman yang kebetulan tinggal disana sebagai staff pewakilan RI untuk Vietnam... Perjalanan dari airport ke distrik-1 kira-kira memakan waktu 30 menit.
Yang jelas, tarif taksi disana lebih mahal dari Jakarta, karena harga mobil dan gasoline disana lebih mahal. Taxi disana rata-rata menggunakan Kijang Inova (harganya disana berkisar US$ 40rb~50rb), gasoline saya pernah isi untuk motor yang saya sewa; VND 20.000 (Vietnam Dong) untuk 0,9 liter. Oya, saya sewa sepeda motor US$ 5 untuk 1 hari (dari pagi jam 7, pulangin jam 12 malam) dengan jaminan passport. Kalo setengah hari (mis: jam 13:00 s/d 23:00) tarifnya VND 30.000.
Rp 1 = VND 2.4 , atau VND 1 = Rp 0.4, artinya uang kita masih lebih kuat 2 kali lipat dari VNDong! Tapi walau begitu, harga-harga disana kurang lebih hampir sama dengan di Indonesia.

Cari uang Dong di Jakarta sangat susah, hampir gak ada di money changer. Jadi, bagusnya bawa US$ aja, beli juga yang pecahan-pecahan kecil seperti US$ 5, 10, atau 20. Disana, mata uang berlaku US$ selain VNDong!
Jadi, tukar aja US$ yang kita punya dengan VND di airport. Gak usah banyak-banyak, secukupnya aja, karena rate tukar money changer dibandara kurang bagus.
Begitu sampai di distrik-1, banyak kok money changer, tanya-tanya aja n' cari ratenya yang paling baik, baru tukar deh... Oya, kalau ketemu bank (apa saja), jangan ragu-ragu masuk. Rate tukarnya justru paling bagus!! Saya terakhir baru coba tukar uang dibank, dan menyesal sebelumnya tukar di money changer...
Satu lagi bocoran dari saya; kalo bisa jangan menukar uang yang masih mulus & rapih disana, karena akan dicurigai uang palsu! Uang lecek sepertinya lebih dihargai. Uang yang masih baru akan dicek, diplototin, dibolak-balik, ditanya-tanyain ketemennya, walah... udah yakin, malah dicoret itu uang pakai pulpen sebagai tanda udah dicek, wah..!

Di distrik-1, banyak sekali penginapan-penginapan backpackers. Ratenya antara 12~20 US$ untuk kamar double/twin bed. Untuk yang single bed, ada teman yang katanya dapat US$ 5.
Rata-rata penginapan disana bersih dan rapih. Luas kamar juga relatif tidak sempit seperti kamar-kamar hostel di Singapore. Jadi, menurut saya sih so murah lah itu, hehe...
Tips, order untuk 1 malam aja via agoda atau hostelsworld, trus besoknya cari lagi disana. Pasti dapat lah, banyak kok! Lumayan bedanya (saya order twin bed room via hostelsworld US$ 22).

Pagi hari di HCMC, semua orang duduk-duduk diluar dan ngopi!
Wuaah, kopinya memang luar biasa...
Rasanya sama seperti kopi Starbuck yang harganya sekitar Rp 60~70 rb itu. Disini harganya 8.000 Dong alias sekitar Rp 4 rb perak! Toplah.. sama persis seperti di Starbuck Coffee.
Pagi-pagi, semua orang juga sarapan Pho (baca "ve", huruf v plus e, seperti "e" pada rujak "bebek", ve..!). Harga Pho untuk sarapan pagi sekitar 15.000 Dong.

Ho Chi Minh City, dulunya bernama Saigon. Sama sekali tidak terkesan kota tertutup dari kapitalisme. Sama sekali tidak terkesan doktrin komunisnya, kecuali dari banyaknya bendera-bendera nasional Vietnam, bendera merah dengan bintang kuning ditengah. Juga, dibeberapa tempat ada bendera "palu arit", yang merupakan bendera partai komunis disana. Oya, ada juga sih kesan angker negara komunisnya dari seragam-seragam yang dikenakan oleh para petugas disana; mulai dari petugas imigrasi dibandara, polisi, bahkan tukang parkir. Semua seperti mengenakan seragam tentara dengan bermacam-macam atribut pangkatnya.

Selain itu, Saigon atau HCMC adalah kota yang "hidup" seperti layaknya kota-kota besar dimana-mana. Turis-turis bule kere bertelanjang dada malam-malam sambil memegang botol bir, joget-joget mengikuti irama dentuman musik pub. Saya celingak-celinguk ditrotoar melihat suasana begitu, eh ditawarin ganja sama orang yang keliling naik sepeda, cheap price...cheap price, katanya...
Deru mesin mobil Ferrari, atau Porsche, atau Lamborghini, atau Bentley, atau mobil-mobil exotic lainnya, sering saya lihat berpapasan dengan sepeda motor yang kami naiki dijalanan HCMC.

Kota Saigon juga cantik dimalam hari. Luminasi cahaya diobral dimana-mana. Gedung-gedung lansekap kotanya yang berasitektur Gothic ditaburi kilauan lampu yang elegan. Opera House, People Committee House, Cathedral, dll. Cafe-cafe dengan design eksterior dan interior yang menarik banyak dimana-mana...
Ditaman-taman kota yang asri, luas, dan terpelihara, para muda-mudi asyik mashyuk berpelukan dan berciuman tanpa malu-malu. Saya bahkan satu kali melihat cewek lesbi yang berciuman dibangku taman didepan Gedung Opera.
Tidak banyak mal-mal disini. Gedung-gedung pencakar langit juga biasa aja, setahu saya cuma 1 yang tinggi menjulang, yang lainnya paling banter cuma sampai 10 lantai saja.
Kotanya bersih. Trotoarnya lebar, sangat memanjakan para pejalan kaki. Jalan-jalan didalam kota umumnya lebar, bahkan sampai 12 meteran saya kira...
Jumlah mobil tidak terlalu banyak (karena sangat mahal, tapi banyak Ferrari-nya ya, haha...).

Jalanan dimana-mana dipenuhi oleh sepeda motor! Nah ini yang menarik...
Naik motor disini gak ada aturan..!! Seenak udel-e dewe.
Jalan yang satu arah, bisa jadi 4 arah; Yang searah jalan, yang berlawanan arah jalannya, yang melintang dari kanan kekiri, yang melintang dari kiri kekanan, wuaahh...!! Lier...
Bener-bener ancuur habbit berkendara disana. Klakson gak ada gunanya. Di klakson, orang yang didepan diem aja seakan-akan gak denger suara klakson. Jauh lebih parah dari habbit berlalu-lintas orang Jakarta atau Medan sekalipun.
Tapi uniknya gak macet lho..!!

Semua bergerak sesukanya. Bidang jalan itu sungguh sangat effisien dipakai oleh para pengendara. Ada yang dari kanan kekiri, ada yang dari kiri kekanan, ada yang dari depan ke arah kita, sementara kita bergerak kearah depan. Tapi semua bergerak, gak ada yang diam ditempat!! Tidak ada yang mengumpat atau memaki, semua santai aja, mulutnya tertutup rapat dijalan, hanya konsentrasi berkendara kearah depan...
Selama 3 hari disana, 3 kali saya lihat kecelakaan dijalan. Jatuh, angkat motor masing-masing, trus jalan lagi seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Tidak ada perdebatan...

Tapi katanya, kalau antara motor dan mobil, situasinya sama saja seperti di Jakarta. Yang bawa mobil selalu disalahkan. Kalau ada kecelakaan dengan mobil, biasanya pemilik motor mendiamkan motornya dijalan, menunggu sampai polisi datang, kalau si pemilik mobil mengeluarkan segepok uang Dong ke pemilik motor, artinya persoalan selesai, modus pemerasan...

Mereka gak jauh lah dari kita; kita adalah negara terkorup per-1 di Asia, mereka no.3-nya (sumber).

Luan Vu Hotel, di distrik-1.
US$ 22 untuk double bed via Hostelsworld. Tapi kalo langsung datang kesana, harganya bisa US$ 18 saja.



Suasana gang-gang di kota HCMC, distrik-1.

Pho seafood di Pho President. Agak mahal, 55.000 Dong (Rp 27.5rb).


Pho 2000 atau dikenal juga sebagai Pho President. Presiden Bill Clinton pernah makan Pho di warung ini pada tahun 2000 lalu.


Becak HCMC.

Warung manisan dipasar Ben Tanh.

Pasar Ben Tanh.

Didalamnya mirip seperti pasar-pasar tradisional di Indonesia pada umumnya. Hati-hati disini, katanya banyak copet! Ada yang lucu waktu saya muter-muter dilorong pasar yang padat merayap itu, mbak-mbaknya suka jail...
Kalau didepan kita ada cewek, si mbak pedagang colek cewek itu dari belakang, seakan-akan kita yang nyolek. Jadi si cewek noleh kebelakang lihat muka kita. So kita jadi mau bilang apa donk, hehe... oya, temen ada juga yang kaget bukan kepalang karena dipegang pergelangan kakinya. Ternyata ada mbak-mbak pedagang yang duduk selonjoran dilantai pasar bikin jail seperti itu. Mata kita kan keatas terus lihat barang-barang dagangan mereka, gak perhatiin kalau ada orang selonjoran begitu dibawah. Apalagi suasana pasar yang padat merayap.

Mbak-mbak pedagangnya banyak yang teriak "Abang... abang sayang... ini cantik lah, lihat dulu..." hehe.. kita disangka orang Malay disana. Mungkin karena mereka lebih sering ditemui dipasar itu. Hmm, tips belanja disini; tawar sampai mereka ngamuk! Jangan ragu-ragu! Saya beli topi tentara Vietnam dapat 25.000 Dong (± Rp 10.500,-) dari harga buka-nya yang 90.000 Dong (saya tawar langsung ke 15.000 Dong, dapetnya ya 25.ooo Dong itu, hehe...). Kalau mereka ngedumel, maki-maki, cuekin aja... emang gw pikirin! Rata-rata memang mereka buka harga setinggi langit ke kita. So, nawar 1/5 atau 1/6 -nya sah-sah aja. Bilang aja di Indonesia harganya emang berkisar segitu! Case lain waktu saya nawar kaos anak yang motif dengan bordiran cantik. Mereka buka harga 180.000 Dong untuk 1 potong kaos. Akhirnya, mereka bungkus juga dengan harga 100.000 Dong untuk 2 potong kaos bordiran. Tapi jangan tiru saya kalau gak kuat mental ya... saya memang bidding master.

Oya, yang suka colak-colek bukan cuma didalam pasar aja lho... Dijalanan juga!
Saya lihat ada cewek yang dicolek dari belakang ketika naik motor lambat-lambat. Waktu cewek itu noleh, yang nyolek cuma senyum aja, haha... cool
Anyhow, hati-hati jambret di Saigon. Banyak jambretnya lho! Jangan nenteng tas kecil, kamera, atau semacamnya dengan sembrono. Bisa-bisa kita dijambret dari belakang oleh pengendara motor. Langsung kabur dan menghilang...
Makanya saya selama disana selalu menitipkan passport di hotel, memang begitu kok, aman-aman saja...

Jangan tertipu dengan foto ini! Jalanan disana jarang sekali se-sepi seperti ini.


Opera House.


Hotel Continental Saigon, disebelahnya Opera House.

Gedung People Committee.


Post Office, diseberangnya Cathedral.

Cathedral.





Dalamnya Cathedral.






Dalamnya Post Office. Saya kirim kartu pos dari sini ke rumah di Jakarta, biaya perangkonya 10.500 Dong (± Rp 5.000,-).



Para penjual makanan kaki lima disekitaran Cathedral & Post Office.

Ke Mekong Delta & War Museum

Kami beli tour 1 harian penuh ke Mekong Delta di TheSinhTourist; 246-248 De Tham Street, Distric 1 - HCMC. Harganya 250rb Dong sudah termasuk makan siang. Tour berangkat jam 9:15 pagi, pulang sekitar 16:30 sore. Menurut saya sih worth it lah harga segitu dibanding dengan pelayanannya. TheSinhTourist sendiri adalah salah satu penyelenggara tour yang cukup bonafide di HCMC.
Berangkat dari Distric 1, sekitar 2 jam perjalanan dengan bus, sampailah kami di base Mekong Delta. Setelah istirahat sejenak, tour dilanjutkan dengan menggunakan perahu berkapasitas sekitar 60-an orang menyusuri Mekong Delta. Pemandu tour sibuk menjelaskan mengenai aktifitas penduduk lokal disitu dengan bahasa Inggrisnya yang kira-kira tidak begitu jelas... :-)
Sekitar setengah jam menyusuri sungai, kami berlabuh disalah satu delta yang ada perkampungannya. Kami disuguhi aktifitas penduduk yang sedang membuat "rice paper", itu semacam kertas yang terbuat dari beras untuk membuat kue atau semacamnya. Kemudian sekitar pk. 12 makan siang dan beristirahat sambil melihat-lihat perkampungan disitu. Menu makan siang adalah ikan nila hasil budi daya di sungai Mekong, juga penganan seperti risol yang dibungkus rice paper tadi. Ada juga sayuran dan beberapa macam menu lainnya yang umumnya adalah ikan-ikan dari sungai Mekong.
Selepas makan siang, kami kembali naik perahu besar ke delta yang lainnya. Disini ada perkampungan yang beternak lebah madu. Kami mencicipi beberapa produk yang berkaitan dengan madu, sambil menikmati senandung lagu lokal yang dinyanyikan penduduk disitu lengkap dengan alat musik & pakaian tradisionalnya. Selepas dari sini, kami berjalan menyusuri perkampungan melewati para penjual souvenir. Ya, biasalah...perkampungan wisata. Selanjutnya naik gerobak sapi tanpa atap, kami dipinjami topi petani khas vietnam untuk menutupi teriknya matahari. Begitulah, suasananya gak jauh dari kampung-kampung kita juga...
Turun dari gerobak sapi, berjalan lagi di perkampungan yang lainnya. Nah, akhirnya menyusuri sungai Mekong menggunakan perahu kecil berisi 4~5 orang. Yang ini kira-kira kita bisa lebih menangkap sedikit nuance kehidupan sungai Mekong. Juru perahunya semua perempuan lho...
Memang perempuan-perempuan Vietnam terkenal sebagai pekerja keras! Laki-lakinya pergi berperang, wanitanya menggarap ladang & mengurus keluarga. Itu sudah menjadi kebiasaan sampai sekarang ini, makanya cewek-cewek Vietnam umumnya terlihat langsing, gak ada yang gembrot! hehe...
Selesai naik perahu kecil, kembali naik perahu besar menuju delta yang lain. Kali ini adalah perkampungan terakhir yang disinggahi, membuat produk permen dari kelapa. Juga ada arak kelapa yang nikmat bukan kepalang disini lho... Saya beli 1 botol 80rb Dong (sekitar Rp 40rb), tapi ternyata ada beberapa macam grade kadar alkoholnya. Yang saya coba disana tidak terlalu keras tapi nikmat, eh yang terbawa pulang yang berkadar lebih keras, jadi seperti minuman alkohol beneran...
Begitulah tour Mekong Delta. Selesai dari perkampungan terakhir itu, kami kembali naik perahu besar ke base tadi untuk kembali pulang ke HCMC dengan bus.


Penjual souvenir disalah satu perkampungan di Delta Mekong.



Nyanyian mendayu-dayu dari penduduk lokal. Bercerita saat kondisi perang, menunggu suami yang tak kunjung datang dari medan pertempuran...

Naik gerobak sapi, ya seperti ini...


Menyusuri sungai Mekong dengan perahu kecil.

Perkampungan pembuat coconut candy.

Jembatan sungai Mekong.

Pemandangan dari atas jembatan sungai Mekong.

Dihari terakhir sebelum pulang ke Jakarta, saya sempatkan juga untuk pergi ke War Museum dan Reunification Palace/Museum. Tiket masuknya sama, 15rb Dong.
War museum bercerita mengenai perang Vietnam yang terkenal itu. Banyak foto-foto yang menggambarkan kekejaman perang. Ada juga koleksi senjata-senjata eks perang. Di halaman museum juga dipamerkan pesawat & helicopter semasa perang. That's all. Semuanya mengenai perang!
Reunification Palace adalah tempat Vietnam memproklamirkan kemerdekaan dan bersatunya Vietnam Selatan & Vietnam Utara dalam satu negara komunis seperti sekarang ini. Didalamnya cuma ada koleksi ruangan-ruangan rapat dengan bermacam-macam desain kursinya. Tempat para penguasa Vietnam menerima tamu negara, melakukan rapat dsb. Sepertinya gak ada yang menarik disini... Masih lebih membawa kesan yang mendalam setelah kita pulang dari War Museum. Cuma ya itu, perang itu memang kejam...!


Nama-nama yang gugur dalam salah satu peristiwa perang.

Koleksi senjata-senjata semasa perang Vietnam.


Dalam peperangan, apapun digunakan termasuk bahan kimia (agent orange). Inilah akibatnya...








Reunification Palace.


Salah satu ruangan rapat di Reunification Palace.

Uncle Ho memimpin rapat.

Refleksi kaki pengunjung museum :-)