Tuesday, December 11, 2007

Tiba di Osaka

Tak terasa dua minggu sudah saya berada di negeri sakura Jepang. Suhu udara disini berkisar antara 10~12 derajat celcius saat ini (11 Des, 2007).
Ini pertama kalinya saya ke negeri sakura. Masih teringat saat keberangkatan dari bandara Soekarno Hatta dua minggu lalu (26 Nop, 2007), banjir dijalan tol bandara akibat pasang air laut mencapai setinggi lutut menghambat lalu lintas dari dan menuju bandara saat itu.
Saya berangkat dari rumah (Kemanggisan-Slipi, Jakarta Barat) sekitar pukul 16:30 untuk keberangkatan pesawat pukul 20:15 (SQ0967, JKT-SIN). Sekitar setengah jam perjalanan dengan taxi selepas keluar pintu tol Kapuk Kamal, macet panjang sudah terlihat sepanjang mata memandang. Menurut supir taxi hal tersebut sudah biasa di jam pulang seperti itu, tapi setelah merambat jalan setengah jam perasaan saya mengatakan hal yang luar biasa terjadi. Satu jam kami mencapai pintu tol Kapuk Kamal, saya memutuskan untuk mencari jalan alternatif keluar pintu tol Kapuk Kamal melalui jalan biasa menuju bandara.
Ternyata benar, sesampai di bandara suasana terminal keberangkatan luar negeri relatif terlihat sepi. Banjir setinggi lutut itu telah membuat ‘stuck’ arus lalu lintas di tol.
Saya sendiri dua setengah jam waktu habis di jalan. Dari 4 orang rekan (Mitsubishi Jidosha kenshu sei) yang rencananya akan berangkat ke Jepang malam itu, hanya saya yang sampai dibandara dalam time range yang diperbolehkan masuk ke dalam pesawat.
Satu teman tiba 15 menit sebelum pesawat diberangkatkan, tetapi tidak diizinkan masuk. Salut untuk Singapore Airline yang tetap on time schedule take off walaupun hanya sekitar 20% bangku yang terisi saat itu.


















Membandingkan Jakarta dengan Osaka adalah sangat tidak relevan. Saya tidak tahu apakah Jakarta satu saat dapat keluar dari problema lalu lintas yang ada ataukah akan semakin menjadi jadi dan semakin membuat frustasi penduduknya.
Jaringan subway (chikatetsu) dan bis sudah sangat teratur disini. Saya sendiri begitu sampai di asrama KKC (Kansai Kenshu Center), langsung keluar mencoba jaringan chikatetsu menuju downtown (Namba) di tengah kota Osaka, sightseeing sekitar denden town.
Luar biasa, bagaimana mereka bisa membuat dan mengaturnya seperti itu? Hanya beberapa menit menunggu (mungkin tidak sampai lima menit) sudah ada kereta yang datang menjemput kita menuju tujuan. Mungkin ada ratusan kereta yang ada di jaringan subway Osaka saat ini.

Suasana Shin-Osaka Eki.

Pembelian tiket dilakukan secara otomatis di mesin pembelian tiket. Kita hanya mengkonfirm di peta subway yang ada di dekat mesin penjualan tiket otomatis itu, berapa ongkos yang harus dibayar? Kemudian memasukan sejumlah yen ke mesin (baik uang kertas maupun koin) dan memencet tombol ongkos tujuan kita. Sejumlah uang kembalian akan keluar secara otomatis apabila uang yang kita masukan lebih besar dari ongkos yang harus dibayar.
















Kereta walaupun padat di jam-jam sibuk, tetapi terkesan teratur, bersih dan tidak semrawut. Dikereta selalu disebutkan stasiun pemberhentian berikutnya. Juga didalam kereta selalu ada peta jalur subway tersebut disetiap gerbongnya. Saya tidak pernah khawatir akan tersesat naik chikatetsu di Osaka. Apabila stasiun yang kita tuju terlewat, kita bisa turun dan naik kereta ke arah sebaliknya tanpa harus membeli karcis kembali. Prinsipnya, selama belum keluar eki (stasiun) karcis terhitung belum digunakan, jadi kalau mau bisa keliling-keliling subway dengan membayar ongkos stasiun terdekat saja. Tapi untuk apa? Karena di subway tidak ada yang bisa dilihat kecuali orang-orang yang naik chikatetsu. Bagusnya lagi, kalau kita berubah pikiran dan turun di stasiun yang lebih dekat dari ongkos yang kita bayar, kita bisa merembus sisa ongkos yang tidak dipakai!


















Orang Jepang tidak mengenal tip, jadi kalau kita belanja apa saja apabila ada uang kembaliannya, maka jumlahnya pasti sesuai sisanya sampai ke nilai paling kecil sekalipun (1 yen), kalau di Jakarta paling-paling dikasih kembalian permen ! :)
Kapan ya Jakarta kayak begini???

Ada juga one day tiket chikatetsu (hanya bisa dipakai untuk subway saja, bukan railway-diatas tanah) ataupun one day tiket chikatetsu dan bis (bisa digunakan untuk chikatetsu dan jaringan bis). Bagi orang-orang yang ingin melancong ke Osaka, one day tiket ini sangat membantu sekali apabila maksimum kita gunakan. Kita dapat turun naik dengan bebas selama satu hari penuh dengan one day tiket tersebut.
One day tiket untuk chikatetsu adalah 850 yen, dan 2000 yen untuk chikatetsu dan bis.
Ongkos termurah antar eki (stasiun) – dan juga bis adalah sekitar 200 yen untuk satu kali jalan. Untuk PP kita harus siapkan ongkos minimum 400 yen, dengan catatan itu adalah jarak terdekat!
Untuk pembelian one day tiket chikatetsu dan bis (2000 yen), itu sudah termasuk free entrance fee beberapa paket-paket wisata didalamnya, seperti Osaka jo / Osaka castle(ongkos masuk umum 600 yen), Osaka jo Aqua Liner Cruise (naik boat keliling Osaka Castle sekitar 40 menit, bila tidak mempunyai one day tiket – kita harus bayar 1600 yen per orang!), Osaka jo park trem (ongkos umum 200 yen), Floating garden (700 yen) & HEP Five Wheel (seperti bianglala di Dufan, dapat diskon 100 yen dari 500 yen ongkos normal), Osaka Museum of History, Osaka Aquarium “Kaiyukan” (aquarium terbesar didunia-diskon entrance fee), Osaka Bay Cruise “Santa Maria”, dan banyak lagi obyek-obyek wisata lainnya. Kalau mau lebih murah lagi, ambil yang paket two days tiket seharga 2700 yen. Ayo ke Osaka…