Sunday, April 04, 2010

Singapore Night Scene

Singapura diwaktu malam sangat menarik dengan iluminasi cahaya lampu gedung-gedung perkantorannya yang menjulang menghiasi kota. Walaupun tidak seperti Tokyo, Osaka, Kyoto, ataupun Nagoya di Jepang yang sangat padat bermandikan komersial neon sign disetiap sudut kotanya, Singapura tetaplah 'bercahaya' dimalam hari. Dibandingkan kota-kota di Jepang, Singapura lebih elegan. Cahaya lebih banyak bersumber dari gedung-gedung perkantoran dibandingkan dari papan-papan reklamenya. Hanya di spot-spot tertentu saja commercial neon sign banyak disepanjang jalan, seperti di area bar-bar dan cafe sepanjang Clarke Quay dan Boat Quay tempat muda-mudi Singapore dan para ekspatriatnya membunuh malam dengan dugem sampai pagi.

Penduduk Singapura sangat beragam sekali, multi etnik. Utamanya adalah Chinese, Malaya, dan Indian. Tetapi banyak juga ditemui western people dimana-mana, gak tahu mereka sama-sama turis seperti kami atau penduduk yang tinggal dan bekerja disana. Umumnya bahasa yang digunakan adalah bhs. inggris, dan bahasa kedua adalah mandarin juga malaya. O ya tentunya orang yang berbicara bahasa india juga banyak ditemui disana.
Saya kurang tahu banyak spot-spot yang menarik di Singapura untuk menikmati pemandangan malam harinya. Selama disana kami hanya nongkrong dipinggir kanal sungai di Clarke Quay juga Boat Quay yang hanya berjarak 200~300 meteran diantara keduanya. Juga ke Merlion park yang pada malam hari terlihat gemerlap dengan gedung-gedung di belakang hotel Fullerton, dan disisi lain adalah Esplanade dan Singapore Flyer dengan semua iluminasinya.
Jangan lewatkan hunting foto ditempat-tempat ini, dan jangan lupa membawa tripod karena sangat diperlukan sekali untuk foto malam dengan setingan kamera di low speed.
O ya, kalau ingin ke Clarke Quay, tinggal naik MRT ke Clarke Quay station. Keluar, belok kiri adalah Clarke Quay, belok kanan adalah Boat Quay.

Kalau ke Merlion Park, bisa naik MRT turun di City Hall, trus tanya aja orang disana arah ke Merlion. Kalau kami sih selama di Singapore lebih banyak naik bus. Awalnya agak gak ngerti baca directionnya, tapi lama-lama jadi biasa. Kalau naik bus, jangan langsung panik bila gak ada petunjuk bus yang menyebutkan halte Merlion. Kadang-kadang supir bus disana juga pada katro, mungkin gak mau menanggung resiko kalau salah, jadi kalau kita tidak menyebutkan nama halte tepat seperti nama halte di jalur busnya, dia enteng aja bilang busnya gak lewat.
Kemarin itu kami naik bus dengan tujuan Merlion. Lihat peta jalur bus dihalte, memang gak ada tulisan halte Merlion, tapi ada bus yang ke arah sana, perkiraan saya lokasi terdekatnya adalah turun di halte Fullerton Square. Begitu bus itu datang ditempat kami nunggu, kami tanya drivernya, dijawab gak lewat Merlion Park. Gak jadi naik, dan busnya berlalu deh begitu saja. Penasaran lihat lagi Singapore Map, sepertinya Fullerton Square memang ada di daerah Merlion Park, jadi kami tunggu aja lagi bus dengan nomor yang tadi. Begitu bus dengan nomor yang sama datang, kami langsung naik aja tanpa tanya-tanya lagi, pokoknya tetapkan hati turun di Fullerton Square. Eh bener, ternyata Fullerton Square itu adanya tepat diseberangnya Merlion Park, mungkin nyeberang jalan gak sampai kali 50 meteran! Kuya!
Ada hikmahnya juga, turun di Fullerton Hotel, foto-foto dulu, trus nyeberang lewat jalan masuk hotel lorong dibawahnya ke arah Merlion Park. Maminya Lukas sempat was-was kok masuk ke hotel mewah untuk nyeberang jalan? Hehe...dia gak pede dengan kondisi kami yang kumal dan bau setelah seharian round-round Singapore, apa lagi melihat saya cuma pakai kaos oblong Bir Bintang Bali dengan celana pendek juga dengan handuk dileher sambil tenteng-tenteng tripod yang sudah dipanjangin dengan kamera di headnya, sementara dia bawa dua bocah dengan peralatan lenongnya termasuk stroller butut, haha...
Jadilah gw diutus turun duluan melihat situasi, baru kemudian kasih kode ke dia situasi aman terkendali. Turun, nyeberang deh...


Fullerton Hotel dengan gedung-gedung tinggi di latar belakangnya.

Di dekat Bugis MRT, dipinggir jalan lihat gedung dengan bulan purnama, shot deh...

MRT dimalam hari.

Dilapangan dekat Clarke Quay ada sekumpulan orang yang hobi RC (remote control) dengan pesawat warna-warni yang bisa bermanuver dan terbang cukup tinggi, juga dilengkapi laser (dipesawatnya) yang bisa nembak ke bawah. Kereeen..!!! Si Lukas merengek-rengek disini minta dibelikan...walah..!

Extreme Swing di Clarke Quay, permainan orang dewasa, beberapa orang disatu kapsul dilontarkan dari bawah seperti diketapel keatas, dan jatuh, spring keatas lagi, begitu terus sampai berhenti pantulannya. Yang disebelahnya, kapsul di tarik tinggi disatu sisi sampai mendekati ujung menaranya, kemudian dilepaskan begitu saja, dan swing kekanan kekiri sampai efek swingnya habis. Kelihatannya ngeri juga, karena menaranya cukup tinggi. Admission feenya sgd 40 per orang, minimum sudah berumur 12 tahun dan juga tinggi minimum adalah 1.2 meter.
Saya ajak anak-anak naik itu, Lukas dan Timmy langsung ramai berkomentar. Papi n' Mami ajalah yang naik katanya...
Ya sudah, nanti Lukas dan Timmy tunggu di bawah aja ya...papi n' mami mau naik itu! Dua-duanya diam membisu, hehe...

Tempat dugem di Clarke Quay, banyak restoran, cafe, ataupun bar disana. Di jembatan diatas sungai ini banyak pasangan yang bercumbu dan berciuman lamaaaa sekali. Sampai saya sempat hilang konsentrasi ke setingan kamera pas hunting foto disitu.

Coleman Bridge yang dilalui F1 juga.


Lorong yang menghubungkan Clarke Quay dan Boat Quay dibawah Coleman Bridge.

Salah satu angle di Boat Quay.

Angle yang lainnya di Boat Quay.

Lorong penyeberangan dibawah hotel Fullerton menuju One Fullerton, Merlion Park.
Mewah ya..?!

Dari atas jembatan di Merlion Park, shot ke arah Esplanade dan Singapore Flyer (seperti bianglala di Dufan) di kejauhan.

Merlion Park dari jembatan diatas Singapore River yang menghubungkan Esplanade dengan Merlion Park.

Selesai deh liburan kami kali ini, masih ada 2 tiket lagi ditangan yang sudah menunggu untuk digunakan ditahun ini. Back home bawa baju-baju kotor di tas Deuter Traveller 70+10 jadi berat tapi terasa nyaman aja dipundak, untung udah beli Deuter!

- T H E E N D -

No comments: