AKU SANGAT MERINDUKAN DUNIA TAPI KENAPA SEMUANYA BERLALU BEGITU SAJA TANPA SETITIKPUN KETEDUHAN MANGHAMPIRI LUBUK HATIKU INI WALAUPUN SEMANGAT JIWAKU TAK LEKANG WAKTU SEKALIPUN DUNIA TAK MENGHIRAUKAN KU SEPERTI DULU AKU TAK PEDULI SEMUANYA KAN KEMBALI BILA BERKENAN HAI SEKALIPUN SELALU TERSIMPAN DIHATIKU
* * * * *
Kira-kira begitulah sebagian tulisan yang saya baca ditrotoar itu.
Bapak yang difoto diatas adalah orang gila!
Orang gila dalam arti yang sesungguhnya. Orang gila!!
Dia mangkal / berdomisili di ujung jembatan layang diatas jalan tol Jakarta-Merak, di jalan raya Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Kalau lewat jalan itu, biasanya seminggu sekali saat ke gereja GKI Delima - Tanjung Duren, saya sering melihat bapak tua itu hanya duduk-duduk saja termenung di 'rumahnya'. Tapi rupanya MamiLukas suka memperhatikan juga karena memang penampilannya yang terbilang nyentrik. Bapak orang gila itu suka menulis dijalan dengan menggunakan kapur tulis! Tulisannyapun rapih dan ada maknanya! Begitu MamiLukas pernah berseloroh...
Sayapun sebenarnya pernah sekali lewat melihat ada tulisan di trotoar jalan, tapi tak begitu memperhatikan.
Sore tadi mengisi waktu sisa cuti, saya lewat lagi disitu, tapi kali ini bawa kamera.
Apa sih yang dia tulis? Nah, akhirnya terbaca juga deh sebagian tulisan yang dia buat di trotoar.
Dia menulis dimana saja di sepanjang trotoar. Banyak sekali tulisannya. Iseng betul saya sore itu membaca roman puisi kata hatinya. Mungkin orang-orang yang lewat berpikir sekarang jadi ada 2 orang gila di jembatan layang ini, hehe...
Dari sebagian tulisan yang saya baca, saya masih belum menangkap isi hatinya dengan jelas. Apakah ia kecewa dengan republik ini? Atau ia menjadi frustasi karena ditinggal kekasih? Didn't know lah... Tak ada yang peduli, semuanya cuma bisa berlalu saja.
Begitu saya keluarkan kamera, eh si bapak langsung pasang aksi...action!!
Setelah beberapa jepretan, saya beranikan diri untuk bertegur sapa. "Pak, apa sih maksud tulisan bapak...?" Ya...ya... begitu aja katanya, hehe... percakapan-pun cukup hanya sampai disitu saja. Sedikit rupiah kemudian saya keluarkan dari dompet dan berpindah tangan tanda simpati saya.
Bapak yang sepertinya berasal dari Indonesia bagian timur ini penampilannya cukup eksentrik, dia mengenakan kemeja batik didalam dengan setelan jas diluarnya. Mungkin jasnya itu dia jahit sendiri. Jahitannya terlihat dari luar dan kasar (jarang-jarang).
Entah apa yang ada dibenaknya yang ingin ia sampaikan ke 'dunia' ini?
Entah kenapa saya kok jadi berpikiran bapak ini sebetulnya lebih intelek dan lebih berbobot dari sebagian para anggota DPR yang terhormat itu atau para pejabat tinggi negara ini.
No comments:
Post a Comment