Setelah 8 hari 7 malam di Hongkong, kami kembali ke Makau untuk transit pulang sekaligus jalan-jalan 2 hari (stay 1 malam) disana.
Dihari terakhir kami di Hongkong, saya masih asyik menikmati suasana Kowloon Park hingga akhirnya jadi molor dari waktu yang sudah direncanakan untuk nyeberang ke Makau. Alhasil jadinya dapat tiket sore yang jatuhnya lebih mahal dari tiket ferry untuk jadwal di siang hari. Ya sudahlah... 8 hari 7 malam ternyata masih belum cukup ya untuk bisa larut sepenuhnya dalam atmosfir kota Hongkong yang beragam itu.
Sekitar pk. 5 sore, kapal kami sandar di ferry port di Makau. Trus kemana nih? Lho...
Iya, sebetulnya kami belum booking hotel atau guesthouse disana. Jauh hari sebelumnya sih saya sudah cari-cari, tapi belum ketemu yang sreg. So, jadinya coba nekat go show aja cari penginapan disana. Soalnya saya pernah baca referensi, kalau di Makau ferry port itu suka ada penawaran hotel berbintang yang diskon besar-besaran. Berhubung cuma stay 1 malam saja, maka saya coba gambling ikuti referensi tersebut. Namanya juga Makau, kota judi, segala sesuatunya kita coba sejauh mana peruntungan kita, hehe...
Oya, sebetulnya juga, saya rencanakan untuk booking hotel di Makau pada saat kedatangan pertama transit dari KL menuju Hongkong di-8 hari sebelumnya. Tapi waktu itu sangat terburu-buru karena waktu keberangkatan ferry-nya mepet sekali, gak sempat booking yah beginilah jadinya…
Ada beberapa counter disitu yang menawarkan jasa booking kamar hotel yang murah. Tapi semurah-murahnya ya tetap aja mahal-mahal..! Begitulah, itu karena di Makau umumnya lebih banyak hotel-hotel berbintang dari pada guesthouse-nya. Ada sih beberapa penginapan sekelas guesthouse yang saya tahu hasil googling, tapi saya mau coba mengincar kamar di hotel berbintangnya kalau benar ada yang murah, hehe..
Tapi dear bro & sista, jangan coba-coba nekat ikuti cara saya ini ya! Kamar hotel yang ditawarkan di counter-counter itu gak lebih murah dari yang beberapa bulan sebelumnya saya coba searching di Agoda atau Hotelsworld. Jatuhnya malah lebih mahal sedikit dari yang di Agoda. Belum lagi ternyata kita juga harus tawar-tawaran di counter itu. Pindah ke counter lainnya, cek lagi ke counter yang satunya lagi...wah repot deh.
Karena bawa anak-anak, mungkin ada yang perhatikan kesulitan kami disitu… Ada satu orang cewek Filipino yang kami gak tahu ada bisnis apa dia nongkrong-nongkrong di ferry port itu, dia yang akhirnya membantu kami.
Awalnya mungkin dia menebak kami dari daerah asalnya juga, dia bicara pakai bahasa tagalog ke mamilukas yang sibuk di counter… (saya nungguin barang sama anak-anak, hehe…). Setelah tahu kami dari Indonesia, eh dia gak surut lho niatnya untuk membantu. Akhirnya dia yang maju bicara di counter itu untuk kami. Dia bicara pakai bahasa mandarin. Kelihatannya sih dia sudah cukup lama juga menetap di Makau.
Begitulah... menurut cewek itu, memang kita sih sudah benar cari bookingan kamar hotel di counter-counter itu, karena kalau kita datang ke hotelnya langsung, harganya akan jauh diatasnya.
Cuma masalahnya menurut dia kami memang agak digetok harga lebih tinggi dari yang seharusnya bisa diberikan karena kami bukan orang Chinese (gak bisa bahasa mandarin), mungkin juga karena mereka melihat kami bawa anak-anak jadi butuh urgent dan mungkin bisa menerima begitu saja harga yang ditawarkan. Tapi sebelumnya saya sudah kasih limit harga paling tinggi untuk kamar ke mamilukas, kalau gak dapat dilimit itu, ya harus lapor dan koordinasi dulu ke saya, hehe...
Berapa limitnya? HKD 450! Berapa paling murah yang ditawarkan? HKD 650. Wah...
Untung ada cewek Filipino itu. Setelah berdebat panjang lebar, eh gak dikasih juga (mungkin karena pride oknum di counter itu yang sudah terlanjur kasih harga), akhirnya si cewek Filipino ngajak mamilukas ke counter yang lain yang agak jauh ke dalam. Dapetnya HKD 550 (sekitar Rp 600rb) untuk hotel sekelas bintang 4, New Century Hotel.
Syukurlah, urusan penginapan akhirnya selesai. Luar biasa juga ya solidaritas sesama negara susah di ASEAN ini.. dia bahkan sebetulnya ingin menawarkan tempat tinggalnya untuk kami, tapi berhubung kami ber-4, pasti tidak akan nyaman dikamarnya yang sangat sempit itu..begitu katanya.
Thank you sista, kami bahkan gak tahu siapa namanya...
Keluar dari ruangan port, tinggal menunggu bus hotel gratis yang mengantarkan kami kesana. Sampai di hotel hari sudah malam. Hotelnya cukup besar, juga kamarnya dan ya, terasa mewahnya. Tapi sepertinya ini hotel yang sudah cukup tua... over all worth it lah untuk seharga HKD 550 itu. Oya, kami juga diminta harus taruh deposit MOP/HKD 500 di hotel. Wah, untung aja masih ada stok uang, sebelumnya gak ada yang kasih tahu mengenai hal itu, hmm...
Setelah mandi dan istirahat sejenak, sekitar pk 9 malam kami keluar lagi untuk cari makan malam dan juga sightseeing. Kami naik bus hotel yang menuju ke Casino Lisboa (gratis ya). Sambil sightseeing di sekitar Casino Lisboa, kami berharap ada restoran murah disekitar situ.
Well, ternyata kalau malam jalanan di Makau sepi-sepi saja ya, jauh lah bila dibandingkan dengan Hongkong. Kami menelusuri jalan di pinggir pertokoan/ruko didepan Casino Lisboa, cari-cari makanan yang murah. Wah, mahal-mahal... dan sudah banyak toko-toko yang tutup, jadi tidak begitu banyak pilihan lagi.
Harga perporsi menu diatas MOP 50 (Pataca, mata uang Makau). Wah berabe juga nih...
Akhirnya ketemu juga restoran dengan price list MOP 35 yang termurahnya. Sebelum masuk tanya dulu ke penjaganya, menu yang itu masih ada gak? (in English), yes...yes... katanya...
Eh, ternyata sepertinya sudah terjadi salah pengertian nih. Begitu lihat daftar menu yang lain, saya akhirnya pilih menu seharga MOP 45, begitu juga pesanan yang lainnya (kami pesan 3 varian menu). Waktu bayar, ternyata tagihannya adalah MOP 35 x 3 menu... seperti yang kami tanya diluar sebelum masuk ke dalam restorannya. Haha...seharusnya kami kan dicharge lebih tinggi. Sebetulnya kami change our mind jadi pilih menu yang lain karena tergoda melihat foto menu lainnya yang unik, jadi pengen dicoba walaupun harganya lebih mahal, hehe... syukurlah...
Mereka juga kelihatannya tahu kalau kami adalah turis kere. Kami gak memesan minuman, karena tadi sempat beli aqua di seven eleven store dekat situ. Walau begitu, se-tea pot besar panas disediakan untuk kami for free, hehe...
Jalanan Makau disekitar Casino Lisboa cukup sepi malam itu. Waktu memang sudah menunjukkan pk 10 malam. Sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa dinikmati untuk sekedar sightseeing saja. So, jadinya kami hanya duduk-duduk dan memandangi gemerlapnya lampu neon yang diobral dari setiap gedung yang berdiri disekitar situ. Neon-neon itu sungguh sangat cantik dan menggoda sekali untuk kita datang dan masuk kedalam gedungnya. Apa gerangan yang ada didalamnya?
Untung saja kami bawa anak-anak, jadi otomatis gak boleh masuk ke dalamnya. Ya, itu semua adalah gedung-gedung Casino (atau hotel dengan casino). Kalau bawa anak-anak gak boleh masuk! Suasana diluar kelihatannya sepi-sepi aja, tapi begitu kita masuk kedalamnya mungkin saja situasi berlawanan arah 180°.
Bosan cuma bisa duduk-duduk saja, akhirnya kami kembali ke hotel untuk istirahat. Besok adalah hari terakhir di Makau sebelum terbang kembali ke Kuala Lumpur. Kami berencana ke Venetian Hotel, ruins of St. Paul, Senado Square, dan sightseeing di dowtown Makau. Nah, kembali ke hotel naik apa ya? Hari sudah malam. Saya gak tahu jam berapa ada schedule hotel bus yang lewat disini. Ya, sebetulnya shuttle bus hotel itu beroperasi 24 jam dan gratis mengantarkan tamu hotel ke destinasi tertentu di Makau seperti; hotel/casino Lisboa ini, pier, airport, dsb. Karena anak-anak sudah mengantuk dan lelah, akhirnya kami naik taksi ke hotel. Buka pintu, argonya sudah langsung menunjukkan MOP (Patacca) 11. Sampai dihotel, argonya diangka MOP 25 saja (± Rp 27rb). Itu sudah menyeberangi laut ya melewati jembatan panjang (Sai Van) yang menghubungkan pulau Taipa dan Macau Peninsula, karena hotel kami berada di pulau Taipa, sedangkan Casino Lisboa berada di Macau Peninsula.
Pagi hari kami langsung beres-beres untuk check out dari hotel. Sebetulnya flight kami ke KL terjadwal di pk. 9 malam, tapi kami gak mau bolak-balik lagi kehotel saat kami menikmati suasana kota Makau. So, barang-barang akan kami titipkan di hotel saja, kemudian malam nanti diambil untuk langsung menuju bandara. Banyak kok yang menitipkan barang seperti itu. Gratis..! Bahkan saya baca di counternya, kita boleh kok menitipkan barang disitu sampai dengan 7 hari, namun demikian penitipan diatas 3 hari akan dikenakan biaya juga.
Kami sarapan roti yang dibeli di seven-eleven dekat casino Lisboa semalam. Untuk harga promo yang kami ambil tersebut, service hotel tidak termasuk sarapan pagi. Eh, ternyata di convenience store yang ada di hotel, harga barang-barangnya gak beda lho dibandingkan di seven-eleven semalam. Roti, minuman, cookies, dsb, kira-kira sama saja harganya.
Sebelumnya kami gak perhatikan, karena sudah terlanjur berasumsi harga di hotel berbintang itu pasti lebih mahal dari diluar. Eh, salah ya…hehe…
Dengan shuttle bus, kami ambil yang kearah Venetian Hotel yang cukup terkenal itu di Makau. Mami Lukas sudah berimajinasi macam-macam mengenai tempat ini karena katanya tempatnya cukup romantis seperti yang dia lihat di drama-drama Korea di TV kami, hehe…
Venetian hotel lokasinya gak begitu jauh dari hotel kami karena sama-sama berada di Taipa. Memang hotel ini cukup besar dan mewah. Hampir semua hotel di Makau menyediakan shuttle bus gratis ke sini dari hotelnya masing-masing. Sepertinya tempat ini menjadi ikon must visit kalau kita ke Makau. Turis-turis dari berbagai macam bangsa tumpah ruah disini. Bus-bus besar datang dan pergi mengangkut mereka dengan ritme waktu yang sempit.
Saya sendiri selama mengeksplor tempat itu gak pernah tahu bagian mana sebetulnya yang menjadi hotelnya. Hampir semua tempat yang dijelajahi adalah butik-butik pertokoan yang ditata cukup elit. Ditengahnya adalah kanal sungai buatan yang membelah butik-butik itu menjadi dua bagian; sisi kiri dan kanan. Nah, dikanal buatan itulah perahu-perahu Venetian (gondola) disewa untuk mengelilingi semua bagian hotel yang cukup luas itu. Beberapa nakhoda-nya ada yang diimpor langsung dari Italy, bule! Mereka bernyanyi atau mengajak ngobrol penumpangnya sambil mengendalikan gondola. Yah, begitu aja sih… Kalau gak salah, tarif sewa gondola/perahu itu adalah MOP 108 untuk dewasa, dan MOP 80 untuk anak-anak, diluar tips nakhodanya ya…
Saya sih kok feel biasa-biasa aja ya mengenai tempat itu. Yah, terkesan imitasi-nya, saya gak terlalu suka.
Di kanal-kanal atau sungai buatan itu juga saya lihat banyak uang koin bertebaran didasarnya. Entah apa maksud orang-orang yang melemparkan uang koin kesitu... Tapi saya bilang ke MamiLukas, kalau diperbolehkan, saya mau dan gak malu untuk memunguti semua uang-uang koin itu, hehe... banyak lho...!!
Kami masuk ke salah satu butik makanan/kue untuk cindera mata (Pastelaria Koi Kei). Beli 2 paketnya yang cukup murah, dan pergi ke tujuan selanjutnya Ruins of St. Paul.
Kalau sudah di Venetian Hotel dan ingin ke tujuan lainnya, jangan lagi cuma berpatokan ke shuttle bus hotel kita (hotel kita menginap), tapi bebas aja naik bus-bus itu kemana mau kita pergi. Tidak akan ditanya kita tamu hotel mana, kartu identitas/paspor-nya, atau apapun juga kecuali satu pertanyaan; Where do you want to go sir/mam..?
Kalau tujuan bus itu cocok dengan tujuan kita, langsung naik, duduk manis, dan lihat-lihat perjalanan dari kaca jendela sampai ke tempat tujuan kita. Gratis..!! Asyik ya...?!
Kemarin itu saya naik Venetian Hotel bus ke Ferry pier (nyeberang laut ya, dari Taipa ke Macau peninsula). Dari Ferry pier, naik shuttle bus gratis lagi ke Hotel Lisboa (saya udah lupa naik bus apa, hehe...). Sampai Hotel Lisboa, tanya-tanya ke arah Ruins of St. Paul atau Senado Square. Yup, jalan kaki lagi deh…
Nah, baru terasa deh kalau kotanya hidup. Orang-orang berlalu lalang ditrotoar yang ke arah Senado Square. Antara penduduk atau turis mungkin komposisinya adalah fifty-fifty. Kotanya cukup tertata rapih, mirip seperti di Hongkong lah, tapi smell Euro-nya lebih terasa disini. Lansekap Eropa-nya cukup kental, ada nuansa yang berbeda dibandingkan Hongkong.
Senado Square sendiri adalah lapangan yang dilapisi batu-batu mosaik berwarna-warni dengan motif ombak. Di lokasi yang sama shopping shoppes dengan venue cindera mata, pakaian dan asesoris, juga makanan banyak bertebaran dimana-mana (ikuti saja jalan utamanya dari gereja St. Dominic menuju ruins of St. Paul). Sambil sightseeing sepanjang jalan, tak terasa sampai juga di ruins of St. Paul, cathedral portugis yang dibangun antara tahun 1582-1602. Cathedral St. Paul merupakan cathedral yang terbesar di asia pada masanya. Sayang pada tahun 1835, cathedral itu rusak karena kebakaran saat typhoon melanda Makau. Yang tersisa saat ini adalah gerbang selatan-nya saja yang patung-patungnya diukir dan ditempa oleh pengikut Christian asal Jepang sekitar tahun 1620-1637.
Yah, akhirnya kami sampai juga di ruins of St. Paul. Setelah puas duduk-duduk disitu sambil makanin cemilan dan foto-foto juga, akhirnya kami turun walk away melewati jalan-jalan kuno yang mengarah ke Grand Lisboa. Dari Grand Lisboa, kami naik taksi ke hotel, ambil barang-barang, menunggu shuttle bus yang ke airport untuk selanjutnya terbang ke Kuala Lumpur.
To be continued...
No comments:
Post a Comment