Surya online; Sunday, 09 December 2007
Nasib, umur, rejeki, jodoh, adalah misteri kehidupan. Misteri itu pula yang membawa Paul Potts menapaki tangga sukses di dunia tarik suara. Padahal setahun lalu Paul hanyalah seorang sales telepon seluler. Nasibnya berubah 180 derajat ketika pria asal Inggris ini ikut audisi ajang Britain's Got Talent dan memenangkannya dengan telak. Paul kini jadi selebriti yang dipuja jutaan orang di dunia. Ia dikenal di seantero Inggris, Amerika, Australia, hingga kawasan Asia seperti Taiwan dan Korea. Perjalanan hidupnya yang fantastis tak pelak jadi inspirasi.
Britain's Got Talent adalah ajang pencarian bakat yang disiarkan di seantero Inggris dan Amerika, hasil kreasi Simon Cowell melalui perusahaan entertainmentnya, Syco TV. Di Indonesia kita mungkin bisa bandingkan dengan Indonesian Idol (RCTI), AFI (Indosiar), atau KDI (TPI).
Dengan kekuatan vokalnya, Paul sanggup memukau 13,5 juta penonton yang menyaksikan final event bergengsi tersebut. Lewat lagu klasik milik Puccini berjudul Nessun Dorma, Paul Potts bak menyihir juri dan penonton, membuat siapapun yang mendengar suaranya merinding hingga ada yang meneteskan air mata.
Video penampilan Paul Potts di ajang ini menjadi video paling favorit yang didownload orang sedunia melalui situs YouTube. Pada penampilan perdananya di ajang Britain’s Got Talent, kita bisa melihat langsung bagaimana tidak berdayanya Paul Potts di depan para juri yang melihatnya dengan pandangan sebelah mata. Tapi, begitu musik dimainkan, Paul langsung mengambil ancang-ancang untuk mengambil suara. Dalam sekejap publik hening terkesima oleh keindahan vokalnya.
Korban Bullying
Paul Potts dilahirkan di Bristol, 13 Oktober 1970. Ayahnya, Roland berprofesi sebagai sopir bis dan sang ibu, Yvonne, seorang kasir supermarket. Paul selalu didera 'penyakit' tak percaya diri akut. Maklum dengan tampang di bawah standar, di sekolah dia menjadi korban bullying teman-temannya. Untuk itu Paul lebih sering menghindar dan menenggelamkan diri pada dunia yang ia cintai, yaitu musik. Sejak lahir, musik memang jadi kecintaan Paul. Ia mencintai musik apapun. Paul kecil sering memutar theme song film ET dan berpura-pura bertindak sebagai konduktor orkestra. Ia pun aktif menjadi anggota kelompok paduan suara gereja terbaik di Bristol.
Menginjak remaja, kecintaannya pada opera semakin membesar. La Boheme adalah opera yang dia kagumi. Ia pun sempat tergabung dalam opera tingkat amatir hingga yang lumayan besar seperti Bath Opera. Setelah berkeluarga, Paul melakoni hidupnya sebagai sales telepon genggam dan staff di supermarket. Ia tetap sebagai pribadi yang tidak percaya diri, meski bosnya selalu membesarkan hatinya bahwa ia seorang salesman andal.
Tahun 2000, dari uang hasil tabungan dan menang lotere, Paul ikut program summer school selama tiga bulan di Italia. Selain belajar bahasa Italia, Paul juga mengambil kelas vokal asuhan Pavarotti, dedengkot penyanyi opera yang selama ini diidolakannya.
Namun, tahun 2003, Paul menderita radang usus buntu dan harus menjalani operasi. Setelah itu bertubi-tubi penyakit dan kecelakaan menderanya, seperti tumor kelanjar anak ginjal dan kecelakaan sepeda. Rangkaian peristiwa itu membuat kondisi kesehatan Paul melemah dan satu-satunya karier yang ia pikirkan adalah menyanyi. Dan keikutsertaannya di pentas Britain's Got Talent telah merubah jalan hidup Paul. Ia kini disibukkan dengan kegiatan promo debut albumnya yang baru dirilis berjudul One Chance. Selain itu di sejumlah acara bergengsi seperti Today Show (NBC), tampil di depan petinggi negara dan kerajaan.
I used to feel so small and insignificant. But now I know I am someone - I am Paul Potts and this is what I do," kata Paul Potts. Keseriusan Paul serta jerih payahnya memang layak mendapat imbalan setimpal.
-dari surya online, www.surya.co.id-
No comments:
Post a Comment