Tahun itu musim dingin di New York city berlangsung lebih lama, hingga menjelang akhir bulan april. Sebagai wanita tunanetra yang hidup seorang diri, aku cenderung menghabiskan sebagian besar waktuku di dalam rumah.
Akhirnya suatu hari hawa dingin itu lenyap dan musim semi datang menggantikannya, memenuhi udara dengan keharuman semerbak yang menggembirakan. Di luar jendela pekarangan belakang rumahku, seekor burung kecil yang ceria berkicau tak henti-henti, seakan-akan memanggilku untuk ke luar rumah.
Mengingat cuaca bulan april yang tak bisa diduga, aku tetap mengenakan mantel musim dinginku, tapi aku tidak mengenakan syal wol, topi, dan sarung tangan. Dengan membawa tongkat tiga kaki, aku keluar dengan gembira ke berandaku yang langsung menghadap ke trotoar. Sambil mengangkat wajah ke arah matahari, kuberikan senyum penyambutan atas kehangatan yang dijanjikannya.
Ketika aku menyusuri jalanan buntu yang tenang di depan rumah, tetangga sebelahku berseru menyapa, "Halo," dan menanyakan apakah aku perlu tumpangan ke tempat tujuanku. "Ticlak, terima kasih," jawabku. "kakiku sudah cukup beristirahat sepanjang musim dingin, dan sendi-sendiku sudah perlu dilatih lagi, jadi aku mau jalan kaki saja."Sampai di sudut jalan, sebagaimana kebiasaanku, aku menunggu seseorang menawarkan untuk menyeberang bersama-sama, tapi saat itu lampu berubah hijau. Rasanya lama sekali, lebih lama dari biasa, menunggu suara lalu lintas berhenti, tapi belum ada juga yang menawarkan untuk menyeberang. Sambil berdiri dengan sabar, aku mulai menyenandungkan nada-nada yang kuingat. Lagu penyambutan atas musim semi yang pernah kupelajari di sekolah, semasa kecil.
Sekonyong-konyong sebuah suara maskulin yang enak didengar berbicara. "Kedengarannya Anda orang yang sangat ceria," katanya. "Bolehkah saya mendapat kehormatan menyeberang jalan bersama Anda?" Merasa tersanjung oleh sikapnya yang sangat sopan, aku mengangguk dan tersenyum, sambil mengucapkan "Ya" dengan sangat pelan.
Dengan lembut pria itu memegang lengan atasku. Bersama-sama kami melangkah turun dari trotoar. Sambil menyeberangi jalan dengan perlahan-lahan, kami bercakapcakap tentang topik yang paling sederhana-cuaca-dan tentang betapa senangnya bisa menikmati hari seperti ini. Sementara melangkah bersama-sama, sulit untuk menentukan siapa yang dibimbing melangkah dan siapa yang membimbing.
Baru saja kami sampai di seberang, klakson-klakson mulai berbunyi tak sabar, menandakan lampu sudah berubah hijau lagi. Kami berjalan beberapa langkah lagi menjauhi jalanan. Lalu aku berbalik kepada pria itu, bersiap-siap mengucapkan terima kasih atas bantuan dan keramahannya. Tapi sebelum aku sempat membuka suara, pria itu sudah lebih dulu berkata, "Mungkin Anda tidak menyadari, betapa menyenangkan bagi saya yang tunanetra ini untuk mendapat kawan menyeberang yang ceria seperti
Anda."
Aku tak pernah melupakan hari musim semi yang istimewa itu.
Charlotte Wechsler
Catatan :
Kadang-kadang, saat kita merasa sangat kesepian di alam semesta ini, Tuhan mengirimkan seorang "kembaran" - cerminan diri - untuk meredam dan meredakan perasaan berbeda dan keterasingan kita.
(taken from small miracles by Yitta Halberstam dan Judith Leventhal)
Friday, September 28, 2007
Cerita Tentang Seorang Ayah dan Anak Gadisnya
ssstt.. bacanya jgn terlalu serius ya..!!!
Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah, yaa..mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putri nya...
Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya.. perlahan dia mulai membuka surat itu...
--Ayah tercinta, Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda. Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
----Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
ps: Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan dari pada nilai Rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya...Aku tidak kemana2, saat ini aku ada ditetangga sebelah.
Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah, yaa..mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang kebetulan memeriksa kamar putri nya...
Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan untuk ayah diatas kasurnya.. perlahan dia mulai membuka surat itu...
--Ayah tercinta, Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia.. ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat ditubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya. Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama. Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh. Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda. Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
----Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...
ps: Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis diatas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan dari pada nilai Rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku diatas meja, panggil aku ya...Aku tidak kemana2, saat ini aku ada ditetangga sebelah.
Labels:
intermezzo
Thursday, September 27, 2007
Napi
Seorang napi baru kabur dari penjara setelah dipenjara 15 tahun. Dalam perjalanan kabur, dia menemui sebuah rumah dan mendobrak masuk ke dalamnya untuk mencari uang dan senjata. Tetapi yang ditemukan hanya sepasang suami istri muda yang sedang tidur di atas ranjang. Napi itu memerintahkan yg laki2 turun dari ranjang dan mengikatnya dikursi. Kemudian sambil mengikat yg perempuan ke ranjang, napi itu mencium lehernya, lalu bergegas ke kamar mandi. Sementara si napi berada di kamar mandi, sang suami berbisik ke istrinya: "Ma, org ini napi yg kabur dr penjara, lihat saja baju yg dipakai, dia mungkin sudah lama dipenjara dan belom pernah melihat wanita dalam waktu lama. Aku lihat bagaimana tadi dia mencium lehermu. Jika dia ingin berhubungan seks denganmu, jgn tolak, jgn mengeluh, lakukan sesuai keinginan dia, berikan kepuasan. Orang ini berbahaya, jika marah, dia bisa membunuh kita. Jadi bertahanlah sayang.. Aku mencintaimu.." Balas sang istri, "Dia tidak mencium leherku. Tapi dia berbisik ke telingaku. Dia bilang dia homo dan menurutnya kamu seksi sekali dan bertanya apa kita ada krim di kamar mandi. Bertahanlah sayang. Aku mencintaimu juga..."
Labels:
intermezzo
Mengukur Ketinggian Dengan Barometer
Cerita berikut berkisar sekitar salah satu pertanyaan dalam ujian fisika di Universitas Copenhagen: "Jelaskan bagaimana menetapkan tinggi suatu bangunan pencakar langit dengan menggunakan sebuah barometer." Salah seorang mahasiswa menjawab: "Ikatlah suatu tali panjang pada leher barometer, lalu turunkan barometer dari atap pencakar langit sampai menyentuh tanah. Panjang tali ditambah panjang barometer akan sama dengan tinggi pencakar langit."
Jawaban yang luar biasa orisinilnya ini membuat pemeriksa ujiannya begitu geram sehingga akibatnya sang mahasiswa langsung tidak diluluskan. Si mahasiswa naik banding atas dasar bahwa jawabannya tidak bisa disangkal kebenarannya, sehingga universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk memutuskan kasusnya. Arbiter menyatakan bahwa jawabannya memang betul2 benar, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahannya, disepakati bahwa sang mahasiswa akan dipanggil, serta akan diberikan waktu enam menit untuk memberikan jawaban verbal yang menunjukkan paling tidak sedikit latar belakang pengetahuannya mengenai prinsip2 dasar ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa duduk terpekur, sampai dahinya terlihat berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah sangat terbatas, yang mana sang mahasiswa menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai. Saat diingatkan hakim untuk ber-buru2, sang mahasiswa menjawab sbb:
"Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap pencakar langit. Lemparkan melewati pinggir atap, dan ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa dihitung dari rumus H = 0.5g x t pangkat 2. Tetapi ya sayang barometernya."
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi barometer, tegakkan diatas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya. Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk menetapkan ketinggian pencakar langitnya."
"Tapi kalau anda betul2 ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seolah pendulum, pertama di permukaan tanah kemudian saat diatas pencakar langit. Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan gravitasi T = 2 pi akar dari (l/g)."
"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat yang eksternal, akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya barometer sebagai satuan ukuran pada dinding bangunan, sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada dinding pencakar langit."
"Bila anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya anda akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan: 'Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik, saya akan memberikannya pada anda jika anda memberitahukan ketinggian pencakar langit ini."
Mahasiswa tersebut adalah NIELS BOHR, satu-satunya warga Denmark yang memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika.
Jawaban yang luar biasa orisinilnya ini membuat pemeriksa ujiannya begitu geram sehingga akibatnya sang mahasiswa langsung tidak diluluskan. Si mahasiswa naik banding atas dasar bahwa jawabannya tidak bisa disangkal kebenarannya, sehingga universitas menunjuk seorang arbiter yang independen untuk memutuskan kasusnya. Arbiter menyatakan bahwa jawabannya memang betul2 benar, hanya saja tidak memperlihatkan secuil pun pengetahuan mengenai ilmu fisika.
Untuk mengatasi permasalahannya, disepakati bahwa sang mahasiswa akan dipanggil, serta akan diberikan waktu enam menit untuk memberikan jawaban verbal yang menunjukkan paling tidak sedikit latar belakang pengetahuannya mengenai prinsip2 dasar ilmu fisika. Selama lima menit, si mahasiswa duduk terpekur, sampai dahinya terlihat berkerut. Arbiter mengingatkan bahwa waktu sudah sangat terbatas, yang mana sang mahasiswa menjawab bahwa ia sudah memiliki berbagai jawaban yang sangat relevan, tetapi tidak bisa memutuskan yang mana yang akan dipakai. Saat diingatkan hakim untuk ber-buru2, sang mahasiswa menjawab sbb:
"Pertama-tama, ambillah barometer dan bawalah sampai ke atap pencakar langit. Lemparkan melewati pinggir atap, dan ukurlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tanah. Ketinggian bangunan bisa dihitung dari rumus H = 0.5g x t pangkat 2. Tetapi ya sayang barometernya."
"Atau, bila matahari sedang bersinar, anda bisa mengukur tinggi barometer, tegakkan diatas tanah, dan ukurlah panjang bayangannya. Setelah itu, ukurlah panjang bayangan pencakar langit, sehingga hanya perlu perhitungan aritmatika proporsional secara sederhana untuk menetapkan ketinggian pencakar langitnya."
"Tapi kalau anda betul2 ingin jawaban ilmiah, anda bisa mengikat seutas tali pendek pada barometer dan menggoyangkannya seolah pendulum, pertama di permukaan tanah kemudian saat diatas pencakar langit. Ketinggian pencakar langit bisa dihitung atas dasar perbedaan kekuatan gravitasi T = 2 pi akar dari (l/g)."
"Atau kalau pencakar langitnya memiliki tangga darurat yang eksternal, akan mudah sekali untuk menaiki tangga, lalu menggunakan panjangnya barometer sebagai satuan ukuran pada dinding bangunan, sehingga tinggi pencakar langit = penjumlahan seluruh satuan barometernya pada dinding pencakar langit."
"Bila anda hanya ingin membosankan dan bersikap ortodoks, tentunya anda akan menggunakan barometer untuk mengukur tekanan udara pada atap pencakar langit dan di permukaan tanah, lalu mengkonversikan perbedaannya dari milibar ke satuan panjang untuk memperoleh ketinggian bangunan."
"Tetapi karena kita senantiasa ditekankan agar menggunakan kebebasan berpikir dan menerapkan metoda-metoda ilmiah, tentunya cara paling tepat adalah mengetuk pintu pengelola gedung dan mengatakan: 'Bila anda menginginkan barometer baru yang cantik, saya akan memberikannya pada anda jika anda memberitahukan ketinggian pencakar langit ini."
Mahasiswa tersebut adalah NIELS BOHR, satu-satunya warga Denmark yang memenangkan hadiah Nobel untuk Fisika.
Labels:
a cup of tea
Wednesday, September 26, 2007
Mas Parno Si Tukang Bohong
Mas Parno adalah seseorang dengan kepribadian yang aneh sekali.
Dia suka sekali berbohong. Ia selalu berkata bohong selama 6 hari dalam 1 minggu.
Tapi anehnya pada hari yang ketujuh ia selalu berkata jujur.
Berikut ini pernyataan-2xnya di hari-2x yang lalu :
Hari pertama : "Saya selalu berbohong pada hari Senin & Selasa"
Hari kedua : "Hari ini adalah hari Kamis, Sabtu, atau hari Minggu"
Hari ketiga : "Saya selalu ngibul di hari Rabu dan Jum'at"
Pertanyaanya :
Sebetulnya pada hari apa si Mas Parno ini berkata jujur ?
Dia suka sekali berbohong. Ia selalu berkata bohong selama 6 hari dalam 1 minggu.
Tapi anehnya pada hari yang ketujuh ia selalu berkata jujur.
Berikut ini pernyataan-2xnya di hari-2x yang lalu :
Hari pertama : "Saya selalu berbohong pada hari Senin & Selasa"
Hari kedua : "Hari ini adalah hari Kamis, Sabtu, atau hari Minggu"
Hari ketiga : "Saya selalu ngibul di hari Rabu dan Jum'at"
Pertanyaanya :
Sebetulnya pada hari apa si Mas Parno ini berkata jujur ?
Labels:
Teka Teki
Bohlam Lampu
Sebuah bohlam lampu tergantung di ruang belakang.
Diruang tengah ada 3 buah on-off switch yang terkoneksi ke lampu tersebut.
Awalnya ketiga switch tersebut dalam kondisi off dan bola lampu dalam kondisi tidak menyala.
Pertanyaannya :
Jika hanya diijinkan mengecek 1 kali ke ruang belakang untuk melihat kondisi lampu menyala atau tidak (cahaya lampu tidak dapat dilihat dari ruang tengah), bagaimana caranya memastikan salah satu switch yang benar yang terkoneksi ke lampu tersebut pada saat kita kembali ke ruang tengah?
Diruang tengah ada 3 buah on-off switch yang terkoneksi ke lampu tersebut.
Awalnya ketiga switch tersebut dalam kondisi off dan bola lampu dalam kondisi tidak menyala.
Pertanyaannya :
Jika hanya diijinkan mengecek 1 kali ke ruang belakang untuk melihat kondisi lampu menyala atau tidak (cahaya lampu tidak dapat dilihat dari ruang tengah), bagaimana caranya memastikan salah satu switch yang benar yang terkoneksi ke lampu tersebut pada saat kita kembali ke ruang tengah?
Labels:
Teka Teki
Teka Teki Gerbong Kereta Api
Dibawah ini anda bisa lihat trek lintasan Kereta Api (KA) dengan 2 gerbong (biru dan hijau) dan 1 lokomotif (merah).
Gerbong KA masing2x panjangnya 5m sedangkan lokomotif 10m.
Jarak ujung rel bawah kiri dengan persimpangannya hanya 5m (jadi lokomotif tidak dapat pindah trek pada rel bawah kiri).
Jarak ujung rel bawah kanan dengan persimpangannya adalah 15m.
Lokomotif dapat bergerak maju ataupun mundur dan juga dapat mendorong ataupun menarik gerbong.
Pertanyaanya :
Bagaimana caranya agar kedua gerbong dapat saling berpindah posisi dan lokomotif kembali pada posisinya semula ?
Gerbong KA masing2x panjangnya 5m sedangkan lokomotif 10m.
Jarak ujung rel bawah kiri dengan persimpangannya hanya 5m (jadi lokomotif tidak dapat pindah trek pada rel bawah kiri).
Jarak ujung rel bawah kanan dengan persimpangannya adalah 15m.
Lokomotif dapat bergerak maju ataupun mundur dan juga dapat mendorong ataupun menarik gerbong.
Pertanyaanya :
Bagaimana caranya agar kedua gerbong dapat saling berpindah posisi dan lokomotif kembali pada posisinya semula ?
Labels:
Teka Teki
Monday, September 24, 2007
Study Kasus Dalam Lift
Jika suatu waktu Anda berada dalam lift, silahkan amati kejadian-kejadian unik ini:
- Jika hanya ada dua orang dalam lift, mereka biasanya bersandar pada dinding lift.
- Jika ada empat orang, keempat sudut lift akan ditempati.
- Namun jika penumpang lift mencapai 5 atau 6 orang, semuanya akan mulai menuruti aturan ini:
- Semua akan memandang pintu lift.
- "Mereka menjadi semakin tinggi dan kurus," sebagaimana dilukiskan oleh psikolog Layne Longfellow. "Lengan dan tas tangan akan diletakkan di depan tubuh. Mereka tidak akan berdiri sangat dekat sehingga tubuh mereka saling menyentuh kecuali tentunya jika lift mulai sesak. Kalaupun demikian, biasanya mereka hanya menyentuh bahu atau lengan atas orang lainnya."
- Ada juga kecenderungan untuk menatap indikator pintu penunjuk lantai.
Jika Anda tidak percaya bahwa ini adalah aturan lift "standar" (yang nyaris keramat), silahkan coba ini:
Berjalanlah masuk ke dalam lift yang penuh, jangan berbalik dan menatap pintu. Berdiri saja sambil menatap orang-orang lainnya. Jika Anda ingin menciptakan suasana sedikit tegang, menyeringailah. Besar kemungkinan orang-orang lain akan menatap Anda dan tampak ketakutan.
Salah seorang yang pernah mencoba hal ini mendengar bisikan dari deretan belakang dalam lift tersebut: "Cepat telepon 911. Ada orang edan di sini". Ketika saya menceritakan hal ini pada putra saya, yang pada waktu itu masih mahasiswa psikologi di University of Texas, dia menyatakan ketidakpercayaannya, "Sungguhkan demikian? Akan saya tanyakan hal ini pada profesor saya."
Seminggu kemudian, ia menelepon kembali dengan gembira, "Ayah, ternyata betul! Saya ceritakan hal itu pada profesor dan kami memutuskan untuk membuat eksperimen mengenainya pada lift-lift di gedung perkantoran di sini. Kami membuat banyak orang takut !" Alasannya? Karena mahasiswa-mahasiswa itu telah melanggar aturan dari etiket dalam lift. Anda mau mencobanya? He..he..he..
(Penulis asli tidak diketahui)
- Jika hanya ada dua orang dalam lift, mereka biasanya bersandar pada dinding lift.
- Jika ada empat orang, keempat sudut lift akan ditempati.
- Namun jika penumpang lift mencapai 5 atau 6 orang, semuanya akan mulai menuruti aturan ini:
- Semua akan memandang pintu lift.
- "Mereka menjadi semakin tinggi dan kurus," sebagaimana dilukiskan oleh psikolog Layne Longfellow. "Lengan dan tas tangan akan diletakkan di depan tubuh. Mereka tidak akan berdiri sangat dekat sehingga tubuh mereka saling menyentuh kecuali tentunya jika lift mulai sesak. Kalaupun demikian, biasanya mereka hanya menyentuh bahu atau lengan atas orang lainnya."
- Ada juga kecenderungan untuk menatap indikator pintu penunjuk lantai.
Jika Anda tidak percaya bahwa ini adalah aturan lift "standar" (yang nyaris keramat), silahkan coba ini:
Berjalanlah masuk ke dalam lift yang penuh, jangan berbalik dan menatap pintu. Berdiri saja sambil menatap orang-orang lainnya. Jika Anda ingin menciptakan suasana sedikit tegang, menyeringailah. Besar kemungkinan orang-orang lain akan menatap Anda dan tampak ketakutan.
Salah seorang yang pernah mencoba hal ini mendengar bisikan dari deretan belakang dalam lift tersebut: "Cepat telepon 911. Ada orang edan di sini". Ketika saya menceritakan hal ini pada putra saya, yang pada waktu itu masih mahasiswa psikologi di University of Texas, dia menyatakan ketidakpercayaannya, "Sungguhkan demikian? Akan saya tanyakan hal ini pada profesor saya."
Seminggu kemudian, ia menelepon kembali dengan gembira, "Ayah, ternyata betul! Saya ceritakan hal itu pada profesor dan kami memutuskan untuk membuat eksperimen mengenainya pada lift-lift di gedung perkantoran di sini. Kami membuat banyak orang takut !" Alasannya? Karena mahasiswa-mahasiswa itu telah melanggar aturan dari etiket dalam lift. Anda mau mencobanya? He..he..he..
(Penulis asli tidak diketahui)
Labels:
a cup of tea
Friday, September 07, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)