Tahun baru 2009 kemarin, kami pulang kampong ke Medan lewat jalan darat bawa mobil menempuh perjalanan sekitar 2150 km sekali jalan, tepatnya door to door Jakarta-Medan 2135 km lewat jalur lintas tengah Sumatera. Pulangnya 2220 km, Medan-Jakarta melalui lintas timur lewat Pekanbaru keluar di Kiliran Jao trus mengikuti lintas tengah kembali sampai di Lampung, kemudian 'dibuang' ke lintas timur (karena ada perbaikan jalan) sampai pelabuhan Bakaheuni.
Perjalanan jauh yang cukup melelahkan. Kalau di pulau Jawa, equivalennya mungkin jarak Jakarta-Surabaya-Jakarta-Semarang untuk sekali jalan Jakarta-Medan, gilee gak sih...?!
Ya, demi menengok orang tua yang lagi sakit, kita bela-belain deh adventure begitu bawa anak-anak balita menaklukan jalan lintas Sumatera. Tujuannya sih lewat jalan darat sebetulnya karena pengen ngirit. Tapi anak-anak exciting juga kok lihat lautan, naik kapal, lihat kerbau, sapi, monyet, juga hutan-hutan hijau, jalan tikung menikung, lembah, gunung, danau, kota-kota, dan rumah-rumah khas daerah disepanjang jalan. Lumayanlah, pulang kampong sambil wisata jalan dan kuliner selama 3 hari 3 malam sekali jalan...pegel juga ya?!
Begitulah, berhubung kocek lagi seret, kami bawa mobil aja...coba deh kita hitung penghematannya:
Kami 8 orang (4 dewasa, 4 anak-anak - 2 keluarga) kalau naik pesawat dengan rate antara 1~1.5 jt (tahun baru lho...), berarti paling murah Rp 8 jt sekali jalan atau 16 jt return. Yang mahalnya berarti 12 jt 1-way atau 24 jt return. Ambil rate tengahnya berarti sekitar Rp 2o jt.
Hmm, sekarang kalau pake mobil; kebetulan kami sewa mobil ke Indorent, Avanza selama 2 minggu atau 14 hari, Rp 3.04 jt (ini sudah rate additional 15% tuslah peak session tahun baru lho...rate normalnya sih Rp 2.68 jt utk 2 minngu). Additional charge per harinya kalau extend Rp 430rb sudah plus pajak. Kami pakai kendaraan total 15 hari (20 Des~4 Jan), jadi total bayar adalah 3,470 rb nett. Penyeberangan Ferry Rp 200.500 sekali nyebrang untuk 1 mobil keluarga, berapapun penumpangnya! Bensin sekali jalan habis sekitar 130 liter atau Rp 650 rb (rata-rata 25 ltr sekali ngisi, 5x ngisi, berarti avanza sekitar 1:16~17 jalan luar kota). Pokoknya kami habis sekitar Rp 3,3 jt untuk biaya bensin, tol, ferry, makan, perbekalan cemilan, dsb.
Jadi biaya yang dihabiskan kalau bawa mobil; Rp 6,75 jt all in.
Nah, bedanya kalau naik pesawat kan lumayan, ya gak sih...?! Namanya juga pegawai swasta biasa yang gak pake korupsi-korupsian, hitungan begini, kita jadiin juga deh... :-)
Tapi yang gak bisa dinilai ya sisi petualangannya itu..."Buktikan Merah Mu!", kata si Hitcha, sepupunya Lukas...
Hari pertama perjalanan memang jemu juga, seperti jalan gak berujung, gak sampe-sampe. Yang lucu si Lukas, gak tidur sekitar 20 jam di hari pertama karena berharap bisa sampai ke rumah Ompungnya di Medan dalam kondisi tidak tidur. Dia pengen turun dari mobil trus sebagai orang pertama yang menyongsong Ompungnya, padahal udah dibilangin, kita akan nginap dimobil nak...tapi dia tetap tegar menahan ngantuk sampai kecapaian sendiri hehe...
O ya, berhubung mobilnya kecil, kita copotin bangku tengahnya, trus ditatakin bantal-bantal dan kasur Palembang sampai hampir sejajar bangku belakang tingginya. Jadi anak-anak bisa tidur terlentang seperti biasa. Kalau dipaksain tidur dibangku mungkin bisa lebih berabe karena anak-anak kan susah tidur duduk, bisa-bisa ribut terus sepanjang jalan.
Nah, yang nyetir mobil harus dengan pasangannya (bini) masing-masing didepan, teorinya supaya supir tetap bisa full konsentrasi driving, kalau ada perlu apa-apa, dilayani pasangannya masing-masing. Sementara, supir cadangan beserta pasangannya harus tidur nyenyak buat gantian nanti. Teorinya begitu, tapi kebanyakan sih yang disebelah supir lebih banyak tertidur dari pada jadi assistant...hehe...
Tapi memang harusnya begitu, supir dan supir cadangannya jangan sampai duduk didepan dua-duanya, nanti driver serepnya jadi kurang istirahat, bisa berbahaya! Ini tips dari bos gembul, Prasetio, yang sudah pengalaman jalur Jakarta-Malang PP setahun bisa 3~4 kali, nyopir sendiri.
Kemarin itu, sepanjang lintas tengah, jalan rusak ada di Lampung (berlubang), di Muara Enim jalan amblas/longsor tergerus sungai Musi, di Sumatera Barat dekat Sungai Dareh jalan berlubang2 kecil, tapi yang parah ada di Kota Nopan menjelang masuk Padang Sidempuan, di Panyabungan jalan ambles - kalau hujan bisa berbahaya karena licin-jalan tanah urukan, dan di sepanjang jalan antara Sipirok-Tarutung Sumatera Utara jalan rusak parah seperti kubangan kerbau gunung! Menjelang masuk kota Medan, kalau malam, diantara Lubuk Pakam-Tanjung Morawa banyak truk-truk pengangkut kelapa sawit, jadi bikin macet jalan jadi terpaksa jalan pelan-pelan.
Jadi untuk menghindari jalan-jalan rusak tadi, pulangnya kami ambil lintas timur dari Medan mampir dulu ke Pematang Siantar (beli oleh-oleh roti dan selai srikaya 'Ganda' & makan pangsit Siantar yang terkenal - dikedai makan 'Parapat', Rp 12 rb semangkok), trus dari P. Siantar ke Lima Puluh-Rantau Parapat (disini mampir dulu ke rumah kakak Beta, mandi-mandi)-Pekanbaru-Teluk Kuantan-Kiliran Jao-selanjutnya masuk lintas tengah (karena jalan lintas timur Jambi-Palembang katanya rusak parah).
Waktu pulangnya itu, kami sampai daerah Tebing Tinggi-Lahat sekitar jam 11 malam lho...tapi untungnya aman tidak di rampok orang sana yang memang senang ngerampok dijalan! Kenapa bisa begitu ya...?! Tadinya ragu-ragu karena cuma mobil kami sendiri di jalan memasuki Tebing Tinggi, tapi ternyata ada 1 mobil berpelat D yang bawa rack diatas (berarti mobil arus balik nih...) kita tempel terus sampai ke daerah Martapura, aman..! Mungkin perampoknya masih pada teler karena tahun baru kali kata Inang Bao, mama Hitcha...hehe..
Kalau jalan di Sumatera, katanya memang harus hati-hati melewati daerah ini; Tebing Tinggi-Lahat! Be careful...
Panduan kita dijalan cuma peta jalan yang dibuat oleh seorang pegawai PT. Pusri, edisi tahun 2002, tapi masih valid dan berguna banget...kalau bro & sis perlu, googling aja, ada kok di internet, saya juga dapet dari situ.
Lengkapnya, nih kota-kota yang kita lalui:
Jakarta-Medan (2135) km;
Jakarta-Merak (104)-Bakaheuni (0), nyebrang ferry-Lampung (91)-Bandar Jaya (60)-Kota Bumi (47)-Bukit Kemuning (43)-Martapura (92)-Baturaja (34)-Muara Enim (112)-Lahat (43)-Tebing Tinggi (76)-Lubuk linggau (78)-Sarolangun (169)-Bangko (76)-Muara Bungo (77)-Sungai Dareh (102)-Kiliran Jao (21)-Solok (103)-Singkarak (16)-Padang Panjang (38)-Bukit Tinggi (19)-Bonjol (57)-Lubuk Sikaping (20)-Panti (31)-Kota Nopan (72)-Jembatan Merah (27)-Penyabungan (14)-Padang Sidempuan (72)-Sipirok (22)-Tarutung (74)-Siborong borong (25)-Balige (23)-Parapat (60)-Pematang Siantar (48)-Lubuk Pakam (50)-Medan (30)
Medan-Jakarta (2220) km;
Medan-Lubuk Pakam (30)-Pematang Siantar (50)-Lima Puluh (52)-Kisaran (39)-Simpang Kawat (14)-Aek Kanopan (49)-Rantau Parapat(69)-Aek Nabara (20)-Kota Pinang (35)-Bagan Batu (53)-Bangko (69)-Duri (91)-Minas (92)-Rumbai (25)-Pekanbaru (6)-Lipat Kain-Logas (72)-Teluk Kuantan (18)-Lubuk Jambi (63)-Kiliran Jao-Sungai Dareh (21)-Muara Bungo (102)-Bangko (77)-Sarolangun (76)-Lubuk Linggau (169)-Tebing Tinggi (78)-Lahat (76)-Muara Enim (43)-Baturaja (112)-Martapura (34)-Bukit Kemuning (92)-Kota Bumi (43)-Bandar Jaya (47)-Bandar Lampung (60)-Bakaheuni (91)-Merak (0), nyebrang ferry-Jakarta (104)
Tips:
- Kalau mau istirahat bisa berhenti sekedar buang air kecil atau cuci muka di pom-pom bensin yang besar, biasanya toiletnya agak bersih. Jangan di warung/rumah makan yang banyak truknya, jorok!
- Usahakan jalan beriringan/konvoi, terutama kalau gelap - jalan lintas Sumatera masih relatif belum aman dari perampokan atau pemerasan. Andai terjadi penyetopan mobil kita (biasanya jalan dipalang dengan tebangan pohon), lebih baik tidak usah melawan, kasih aja uang mulai dari Rp 30 rb (terdiri dari 5 rb-an atau 10 rb-an biar kelihatan banyak), kalau minta tambah, kasih lagi 20 rb, begitu seterusnya...siapkan uang receh 5 rb, 10 rb! Bilang aja kita gak punya duit, biasanya kalau mereka kurang puas, kita tambahin 20rb lagi, atau 20rb lagi, dilepas deh...katanya begitu, saya sih belum pernah kejadian. Kalau sampai Tebing Tinggi atau Lahat lewat jam 9 malam, lebih baik menginap aja deh di hotel terdekat...daerah ini memang payah!
- Makan di sepanjang jalan lintas Sumatera biasanya dingin, rasa apa adanya, bisa ditembak mahal. Lebih baik tanya dulu berapa harganya sebelum memesan. Kalau mau agak enak, masuk ke kota cari restoran di tengah kota! Kalau masih didaerah Lampung, di Bandar Jaya, mampir aja makan di restoran 'Wong Jowo' dari Lampung menuju Medan adanya di sebelah kiri jalan, bebek bakarnya uenaaak tenan. Kalau udah gelap, mendingan jangan berhenti2 di jalan untuk beli sesuatu, duren misalnya, salah2 malah dirampok kita...
- Di Sumatera Barat, pemandangan alamnya paling indah, perhitungkan agar masuk Sumatera Barat hari masih siang. Disini juga akan kita lewati danau Singkarak, lumayan juga buat berhenti sejenak melepas lelah sambil mandang2 danau. Juga di Bukit Tinggi, kalau ada waktu baiknya masuk kota lihat-lihat suasana kota and cobain kulinernya, sate misalnya, hmm...
- Bawa mobil hati-hati! Ya pastilah...tapi bukan berarti gak boleh ngebut lho...kalau jalannya lambat kayak keong, kita malah jadi ngantuk dan bosan, seperti jalan tak berujung nan lama, malah jadi berbahaya!
- Peta dan perlengkapan keluarga seperti obat, makanan kecil, minuman, permen, dsb harus siap dong...
- Cukup istirahat, gantian bawa mobil, supir cadangannya harus tidur pules jangan diganggu, biar dia bisa tancap lagi nanti gilirannya.
- Mobil harus mantap, kalau bisa mobil keluaran baru, yang pasti gak rewel dijalan (nanti malah jadi mimpi buruk dijalan...), gimana kalau mobilnya mogok, rusak, gak enak dinaiki, panas, terlalu besar guncangannya, dsb, AC harus dingin, dan kalau bisa yang hemat bahan bakar. Kalau sewa mobil, lebih baik ke perusahaan yang bonafit sekalian, lebih aman dan tenang, juga sebetulnya lebih murah lho kalau sewanya jangka panjang seperti 2 minggu atau bulanan. Kami waktu itu sewa ke Indorent, anak perusahaan Indomobil. Sampai Medan, eh accu.nya soak, biasalah, namanya juga mobil penyewaan, ada aja yang begini ini...memang sih waktu di Medan mobil lebih banyak gak dipakai karena kita terlena dengan eforia kota Medan lengkap dengan becaknya! Telepon ke Indorent, dateng, cek mobil, balik lagi langsung diganti accu.nya dengan yang baru, gres! Indorent punya cabang2 di kota2 besar, salah satunya Medan. Kalau ada apa2 tetek bengek mengenai mobil yang kayak begini ini, bawa aja ke bengkelnya, service, bersihin AC, dsb, pasti dikerjain dan kita gak usah bayar apa2 lagi. Dijalan, kita juga feel aman karena mobil diasuransikan full risk, bahkan kalau mobil hilang sekalipun kita gak ketimpuan untuk gantiinnya, cukup bayar biaya administrasi asuransi Rp 200 rb per kejadian. Kalau mobil rusak parah, gak bisa dipakai lagi, kita masih dapat mobil pengganti dari kota2 yang ada cabangnya, sehingga tujuan perjalanan kita masih memungkinkan kita genapi. Lumayan ngurangi ketar-ketir dijalan lah...
- Sehat dan siap mental buat menaklukan lintas Sumatera, kalau ragu2, lebih baik jangan!
Bangku tengah dilepas, ditumpukin kasur dan bantal2.
Melintasi selat Sunda.
Lewat danau Singkarak.
Dijalan antara Pahae-Sipirok ketemu bunga bangkai di pinggir jalan.
Mampir di rumah Tulang di Sibadoar, eh lagi bikin dodol...
Tulang Sibadoar, Sipirok.
Rumah di Sibadoar.
Jalan-jalan ke Taman Wisata Iman di Sidikalang.
Blacky and Whitey dari Sidikalang.
Becak di Padang Sidempuan.
Becak Siantar.
Becak engkol di Medan.
Becak motor di Medan.
Tulang Clara and anak-anak badung, memandang danau Toba di Silalahi.
Danau Toba di kejauhan, dari atas kampung Silalahi.
Ruth di rumah Ompung di Medan.
Ompung Hitcha boru, lagi sakit di Medan.
Sate kerang (Rp 2000 per tusuk) dan pecal jajanan pasar petisah di Medan.
Dimsum Nelayan di lapangan Merdeka Medan.
Order set yang steam dan fried + minuman untuk 9 orang, Rp 230 rb.
Nelayan dimsum di lapangan Merdeka.