Sunday, January 31, 2010

Taman Prasasti Jakarta

Sabtu sore, langit cerah diujung musim penghujan, wah asyik nih jalan-jalan untuk hunting foto... Maka meluncurlah sepasukan kuya-kuya menuju Museum Prasasti di jalan Tanah Abang I didepan kantor walikota Jakarta Pusat, gak begitu jauh dari rumah. Sekitar pukul 4 sore, tempat itu sudah tertutup. Celingak-celinguk dari luar, eh dipersilahkan masuk oleh penjaganya. Ya sudah, masuklah kami semua ber-4. Belakangan setelah puas melihat-lihat dan hunting foto, mami Lukas kasih tip Rp 15rb ke bapak penjaganya (tarif masuk resminya sih cuma Rp 2rb perorangnya).
Ternyata museum prasasti itu adalah bekas kuburan Belanda! Yang dipamerkan disitu adalah batu-batu nisan dan prasasti dari orang-orang Belanda atau orang-orang Indonesia yang terkenal yang sudah RIP dari tempo dulu banget. Jadi suasananya ya persis kalau kita datang ke kuburan aja...
Dulu namanya pemakaman Kebon Jahe, tapi sejak tahun 1975 sudah ditutup dan dipindahkan. Tetapi nisan atau prasastinya tetap tertinggal disitu. Oleh gubernur kebanggaan DKI Jakarta, bapak Ali Sadikin, sejak 19 Juli 1977 tempat ini kemudian dijadikan museum prasasti dan kini dikenal dengan nama Taman Prasasti.
Koleksi Taman Prasasti sebagian besar adalah prasasti nisan tokoh-tokoh terkenal dari abad 17 hingga 19 seperti Mayjen JHR Kohler (panglima perang Belanda yang memimpin perang Aceh-juga tewas disana karena salah sasaran, ingin menyerang kerajaan Aceh, eh malah menyerang sebuah masjid. Jadi mendapatkan perlawanan gigih dari rakyat Aceh), Dr. WF Stutterheim (arkeolog Belanda yang termasyur), Dr. HF Roll (pendiri sekolah Stovia), Pieter Erberveld (Berayah Jerman dan ibu Siam, memberontak ke pemerintah kolonial Belanda. Kemudian ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1722. Pergelangan tangan dan kakinya ditarik oleh kuda dari empat penjuru kemudian diseret-seret disekitar stadhuis-sekarang museum Fatahilah. Kemudian dikenang orang dengan "Pecah Kulit", sekarang jalan Pangeran Jayakarta), Olivia Mariamne Raffles (istri Sir Thomas Stamford Bingley Raffles), Miss Riboet (penyanyi dan penari terkenal kelompok sandiwara Orion Junior sekitar tahun 1925-an, miss Riboet terkenal ketika ia memerankan lakon perampok wanita Juanita de Vega, karya Antoimette de Zema), Soe Hok Gie (tokoh pemuda yang belum lama dibuatkan filmnya, dibintangi oleh Nicholas Saputra, "Gie"), beberapa nisan gubernur jenderal seperti Jeremian Van Riemsdjik, Wilem Alting, Pieter Gerardus van Overstraten. Ada juga replika kereta pengangkut jenazah di abad ke-17.
Demikianlah sekelumit mengenai Taman Prasasti, yang sekarang banyak dikunjungi orang karena keunikan bentuk prasasti yang tertinggal diatasnya (sebagian besar jenazah yang terkubur sudah dipindahkan oleh keluarga masing-masing). Sayang kondisi Taman Prasasti sekarang seperti terbengkalai, jauh bila dibandingkan Fort Canning Park di Singapura, walaupun Taman Prasasti ini berumur jauh lebih tua, sejak tahun 1795 (Fort Canning Park, 1926).
Ya begitulah, capeek de...
Sekarang silahkan kagumi foto-foto hasil karya saya aja...
:-)

SOO GY. NU SYT. WAS. IK VOOR DEESEN
DAT. JK, NV BEN SVLT GY OOK WEESEN
"Seperti anda sekarang, demikianlah aku sebelumnya.
Seperti aku sekarang, demikianlah juga anda kelak"



Tidak diketahui dengan jelas nisan siapa ini sebenarnya. Tapi cerita yang ada ia seorang wanita Belanda yang memilih bunuh diri karena ditinggal suaminya yang meninggal karena malaria. Pernikahan mereka baru seumur jagung ketika maut memisahkan.

Prasasti Soe Hok Gie


























Saturday, January 30, 2010

Penjual Ikan dan Papan Pengumuman

Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan: "DI SINI JUAL IKAN SEGAR.

Tidak lama kemudian datang seorang pengunjung yang menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tuliskan kata 'DI SINI'? Bukankah orang sudah tahu kalau kau berjualan di sini, bukan di sana?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'DI SINI' dan tinggallah "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau pakai 'SEGAR'? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"

Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'SEGAR' dan tinggallah "JUAL IKAN".

Tidak lama kemudian datang pengunjung ketiga yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis kata 'JUAL'? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini dijual, bukan dipamerkan?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata 'JUAL' dan tinggallah "IKAN".

Tidak lama kemudian datang pengunjung keempat yang juga menanyakan tulisannya, "Mengapa kau tulis kata 'IKAN'? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan, bukan daging?"

"Benar juga," pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.


Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita takkan mendapatkan apa-apa.
- Author: unknown -

Monday, January 25, 2010

Rumah Jambu Luwuk

W'kend minggu lalu kami piknik kantor ke Rumah Jambu Luwuk di daerah Ciawi, Bogor. Tempatnya sih biasa aja, gak begitu luas...tapi berhubung ini yang pertama kali kami kesini, ya jadinya gak terlalu bosan juga. Berleha-leha, jalan pagi, berenang, dan tentunya hunting foto dong...

Kami dapat room di lt.2



Anak-anak ada lomba nangkap ikan kecil...

Sunset

Morning


Kolam renang ke-2





Disawah...

Kolam renang pertama



Ruang duduk-duduk di atas









Rumah Jambu Luwuk bernuansa Bali







Ada gajah..?

Outbound...



Villa-villanya berdinding kayu...






X X X X


Ini kucing...

Kalau penasaran dengan Rumah Jambu Luwuk, silahkan explore lebih jauh disini http://www.rumahjambuluwuk.com